Facebook Pixel Code Kolik pada Bayi, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Apa Penyebab Kolik pada Bayi, dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

Apa Penyebab Kolik pada Bayi, dan Bagaimana Cara Mengatasinya?


Ketika bayi terus-terusan menangis kencang yang sulit ditenangkan dan seringnya terjadi menjelang malam hari, ini bisa menjadi pertanda kolik. Kolik pada bayi dapat membuat orang tua merasa cemas dan frustrasi, karena alasannya sering kali sulit diketahui. Yuk, pahami apa penyebab kolik pada bayi, ciri-ciri, dan apa yang bisa Bunda lakukan untuk menenangkan si Kecil!

Apa Ciri-Ciri Bayi Kolik?

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kolik biasanya terjadi pada bayi yang berusia 2 minggu sampai 4 bulan. Oleh karena itu, kolik infantil juga sering disebut sebagai sindrom 4 bulan.

Tangisan bayi yang diakibatkan kolik biasanya sangat berbeda dengan tangisan biasanya. Bayi bisa menangis untuk beberapa menit, kemudian menangis lagi lebih kencang dan susah dibujuk.

Terkadang, bayi bisa menangis hingga meraung seperti berteriak dan menunjukkan ekspresi wajah kesakitan meski setelah Bunda cek ia tidak sedang sakit atau terluka. Bayi yang menangis karena kolik juga umumnya tampak tegang, dengan melengkungkan punggungnya sementara kedua kaki dan tangannya terangkat ke atas perut sambil dikepalkan erat.

Tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa bayi mungkin mengalami kolik antara lain:

  • Wajahnya memerah.

  • Tangisan terjadi di malam hari menjelang waktu tidur.

  • Tangisan berlangsung lebih dari 3 jam dalam sehari dan terjadi setidaknya selama 3 hari dalam seminggu tanpa penyebab yang jelas.

  • Kaki ditekuk ke dada.

  • Perutnya mengeras.

Baca Juga: Umur Berapa Bayi Bisa Bicara? Ini Cara Deteksi Keterlambatan Bicara pada Anak

Apa Penyebab Kolik pada Bayi?

Menangis adalah cara bayi untuk berkomunikasi pada Ayah dan Bundanya. Ia mungkin menangis karena lapar, kepanasan, atau popoknya basah. Bayi juga biasanya menangis ketika merasakan sakit atau tidak enak badan.

Biasanya tangisan bayi akan mereda ketika ia dibuat nyaman dan keinginannya dipenuhi. Misalnya diberikan susu, popoknya diganti, atau ditidurkan di ruangan yang sejuk. Namun, ketika tangisan bayi tak kunjung mereda bahkan setelah Bunda melakukan berbagai cara, bisa jadi penyebabnya adalah kolik infantil.

Kolik infantil adalah tangisan bayi yang berlangsung lebih dari 3 jam dalam sehari dan terjadi setidaknya selama 3 hari dalam seminggu tanpa penyebab yang jelas.

Penyebab kolik pada bayi sering kali sulit diketahui. Akan tetapi, para ahli memiliki beberapa dugaan khusus. Salah satu dugaan penyebab kolik infantil adalah alergi susu sapi. Ini adalah jenis alergi makanan yang terjadi ketika sistem imun bayi menganggap kandungan protein dalam susu sapi sebagai zat asing yang berpotensi bahaya sehingga perlu dilawan. Maka, terjadilah reaksi alergi yang bisa membuat bayi tidak nyaman, seperti sakit perut, kembung, ruam gatal kemerahan, dan lain sebagainya.

Dugaan lainnya adalah intoleransi laktosa, sebuah kondisi yang membuat tubuh bayi tidak mampu mencerna laktosa karena ususnya tidak bisa memproduksi enzim laktase dalam jumlah yang cukup. Laktosa itu sendiri adalah kandungan gula alami yang banyak terkandung dalam ASI atau produk susu sapi.

Selain itu, kolik pada bayi juga mungkin disebabkan oleh gangguan pencernaan yang disebut refluks gastroesofagus (GERD). Kondisi ini terjadi karena katup yang menjadi pemisah antara bagian bawah kerongkongan dan ujung atas lambung bayi belum bisa menutup sempurna, sehingga bisa menyebabkan gumoh.

Beberapa faktor lainnya yang mungkin memicu bayi kolik adalah kekurangan atau kelebihan makan, jarang disendawakan, atau karena merasa stres dan cemas.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Kolik?

Kolik tidak perlu diberi obat apapun. Namun, IDAI menganjurkan Bunda coba meringankannya dengan memberikan air manis. Caranya cukup larutkan gula pasir sebanyak 1 sendok teh ke dalam 100 ml air mendidih, dan tunggu sampai benar-benar dingin. Bila sudah dingin, coba teteskan 1-2 ml (kira-kira seujung sendok takar obat) pada bayi yang sedang kolik. Rasa manis ditengarai bisa meredakan rasa tidak nyamannya.

Jika si Kecil masih menangis tanpa henti, ada beberapa cara lain yang bisa Bunda lakukan seperti:

  • Gendong bayi sambil digoyang-goyang. Elus-elus lembut punggung si Kecil untuk menenangkannya.

  • Ajak bayi jalan-jalan di taman kompleks perumahan untuk membiarkannya terpapar udara segar dan membuatnya mengantuk.

  • Baringkan si Kecil di ayunan kain sambil dinyanyikan lagu nina bobo.

  • Selimuti bayi.

  • Pijat pelan tubuh bayi.

  • Coba letakkan botol air hangat pada perutnya.

  • Berikan bayi empeng untuk dihisap.

Pada dasarnya kolik pada bayi tidak bisa dicegah, karena ini pasti terjadi di awal usia kehidupan bayi. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kejadiannya:

  • Tinggikan kepala bayi saat sedang menyusu agar menelan lebih sedikit udara.

  • Buatlah si Kecil bersendawa selama dan setelah menyusui.

  • Setelah menyusu, Bunda perlu menggendong bayi di bahu dan menepuk lembut di punggungnya untuk membantu bayi sendawa. Jangan baringkan bayi sebelum Bunda mensendawakan bayi. Ini meningkatkan risiko bayi mengalami gumoh.

  • Jangan memberi makan bayi secara berlebihan karena bisa membuatnya tidak nyaman. Bunda bisa mencoba menunggu setidaknya 2 hingga 2,5 jam dari awal satu kali pemberian makan hingga jadwal diberikan makan berikutnya.

  • Memperhatikan apa yang Bunda makan dan minum sehari-hari, karena bagaimanapun apa yang Bunda konsumsi akan diteruskan ke bayi dan bisa memengaruhi mereka.

  • Jika Bunda mengonsumsi obat-obatan tertentu bisa konsultasikan dulu dengan dokter untuk menghindari masalah.

Jika setelah didiagnosis ternyata penyebab kolik pada bayi yang mendapat ASI karena alergi,  maka, sebaiknya Bunda jangan memberikan si Kecil susu sapi dan olahannya terlebih dulu. 

Baca Juga: Stimulasi yang Menyenangkan untuk Bayi Umur 4 Bulan

Kapan Harus ke Dokter?

Hal yang perlu dicatat, kolik tidak memiliki efek jangka panjang pada kesehatan atau perkembangan bayi dan bukan merupakan gejala dari masalah medis.  Kolik infantil umumnya pelan-pelan mereda sendiri setelah usia 4 bulan.

Pada dasarnya kolik pada bayi tidak membahayakan dirinya. Namun, Bunda perlu membawanya ke dokter jika bayi menangis disertai dengan kemunculan gejala lain, seperti gerakan yang menurun (bayi tidak mau/malas bergerak), muntah, demam, BAB yang encer atau berdarah.

Beri tahu dokter juga jika Bunda mengalami depresi atau kesulitan mengontrol emosi saat menghadapi bayi yang sedang mengalami kolik. Dokter bisa merekomendasikan cara yang tepat untuk membantu Bunda mengatasi kolik.

Bunda juga bisa ketahui lebih banyak tentang perkembangan bayi dari bulan ke bulan melalui fitur Catatan Perkembangan Anak. Yuk, coba sekarang!

Referensi:

  1. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-1  Diakses pada 15 November 2022
     
  2. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/colic/symptoms-causes/syc-20371074#:~:text=Colic%20is%20frequent%2C%20prolonged%20and,seems%20to%20bring%20any%20relief. Diakses pada 15 November 2022
     
  3. WebMD. https://www.webmd.com/parenting/baby/colic-treatments Diakses pada 16 November 2022
     
  4. https://www.news-medical.net/health/Colic-Prevention.aspx Diakses pada 16 November 2022
     
  5. https://www.healthychildren.org/english/ages-stages/baby/crying-colic/pages/colic.aspx Diakses pada 16 November 2022
     
  6. https://familydoctor.org/condition/colic/ Diakses pada 16 November 2022
     
  7. https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/mayo-clinic-q-and-a-colic-though-often-stressful-for-new-parents-will-subside/ Diakses pada 16 November 2022
     


Artikel Terpopuler

Website ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapat pengalaman terbaik di dalam website kami. Pelajari lebih lanjut