Facebook Pixel Code Kejang pada Bayi: Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasinya

Kejang pada Bayi: Penyebab, Ciri, dan Cara Tepat Mengatasinya

Kejang pada Bayi: Penyebab, Ciri, dan Cara Tepat Mengatasinya

Kejang pada bayi adalah salah satu masalah kesehatan yang paling membuat orang tua khawatir. Kondisi ini memang tergolong cukup serius dan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sebab, kejang yang berulang dan berkepanjangan dapat mencederai otak dan berdampak negatif pada fungsi otak. Yuk, cari tahu penyebab, tanda, dan pertolongan pertama cara mengatasi bayi kejang di sini.

Penyebab Kejang pada Bayi

Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak yang terjadi secara spontan dan dan tidak terkendali. 

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai hal, namun pada dasarnya terjadi ketika otak mengalami gangguan dan mengirimkan sinyal yang salah ke seluruh tubuh. Apa pun yang mengganggu koneksi normal antara sel saraf di otak dapat menyebabkan kejang.

Beberapa faktor penyebab kejang pada bayi antara lain:

  • Genetik: diduga faktor genetik atau keturunan dari orang tua dapat meningkatkan risiko seorang anak memiliki kejang.

  • Demam tinggi: Demam lebih dari 38°C dapat menyebabkan kejang demam (disebut febrile seizure), yang terjadi ketika suhu tubuh naik secara tiba-tiba dan menyebabkan otak mengalami ketidakseimbangan kimia.

  • Infeksi: Infeksi pada otak atau tubuh bayi seperti meningitis, ensefalitis, atau infeksi saluran kemih dapat menyebabkan kejang. Ini disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf yang memicu sinyal yang salah ke otak.

  • Gangguan pada otak: Beberapa kondisi yang mempengaruhi otak bayi seperti kelainan bawaan, kerusakan otak karena cedera lahir, atau kekurangan oksigen dapat menyebabkan kejang.

  • Ketidakseimbangan elektrolit: Ketidakseimbangan elektrolit seperti rendahnya kadar gula darah atau kadar natrium yang rendah dapat memicu kejang.

  • Efek samping obat: Beberapa obat tertentu seperti antibiotik, antidepresan, atau antihistamin dapat menyebabkan kejang sebagai efek sampingnya.

Kejang pada bayi paling sering dialami dalam 28 hari pertama setelah kelahiran atau bayi baru lahir. Sebagian besar kejadiannya terjadi pada satu hingga dua hari pertama hingga minggu pertama kehidupan bayi. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih mungkin menderita kejang neonatal.

Baca Juga: 6 Cara Alami Menurunkan Demam pada Bayi Tanpa Obat

midbanner kejang pada bayi

Ciri-Ciri Kejang pada Bayi

Gejala kejang dapat sulit untuk diamati terutama pada bayi yang baru lahir, karena terjadinya singkat dan tanda-tandanya tidak kentara.

Gejala kejang yang dialami bayi baru lahir mirip dengan gerakan umum yang dilakukan bayi sehat, misalnya gerakan mulut mengunyah atau mengecap dan kaki yang mengayuh seperti sedang bersepeda.

Selain itu, gejala kejang juga bisa berbeda pada setiap bayi dan tergantung juga dari jenis yang dialami, baik itu kejang umum, kejang klonik, kejang tonik, atau miklonik.

Gejala kejang pada bayi umumnya meliputi:

  • Gerakan mata acak atau berputar, kelopak mata berkedip atau berkedip, mata berputar, membuka mata, menatap.

  • Mengisap, memukul, mengunyah dan menjulurkan lidah.

  • Gerakan kaki yang tidak biasa saat bersepeda atau mengayuh.

  • Gerakan meronta-ronta atau meronta-ronta.

  • Jeda panjang dalam bernapas (apnea).

Gejala kejang klonik yang khas yaitu gerakan menyentak berirama yang mungkin melibatkan otot-otot wajah, lidah, lengan, kaki, atau bagian tubuh lainnya.

Sedangkan, gejala kejang tonik pada bayi adalah pengerasan atau pengencangan otot dan memutar kepala atau mata ke satu sisi, atau menekuk atau merentangkan satu atau lebih lengan atau kaki.

Ciri-ciri khas kejang mioklonik pada bayi adalah gerakan menyentak tunggal yang cepat, melibatkan satu tangan atau kaki atau seluruh tubuh.

Satu episode kejang biasanya berlangsung tidak lebih dari 30 detik dan akan berhenti dengan sendirinya, tapi bisa terjadi beberapa kali sehari. Ketika bayi mengalami 2 kali episode kejang atau lebih kejang tanpa penyebab yang diketahui, ini didiagnosis sebagai epilepsi.

Apakah Kejang pada Bayi Berbahaya?

Umumnya durasi kejang yang dialami bayi tidak begitu lama. Dalam jangka pendek, gangguan ini dapat menyebabkan perubahan perilaku, gerakan, perasaan, hingga tingkat kesadaran. Akan tetapi, dampaknya juga bisa berbeda antara satu bayi dan lainnya tergantung pada jenis kejang dan penyebab yang mendasarinya.

Beberapa kejang neonatal ringan dan berumur pendek dan karena itu tidak menyebabkan masalah kesehatan yang bertahan lama. Namun, kejang yang berkepanjangan dan tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan permanen akibat penurunan aliran oksigen ke otak dan aktivitas sel otak yang berlebihan.

Untuk alasan ini, bayi yang mengalami kejang neonatal harus mendapat perawatan khusus yang cepat.

Baca Juga: Atasi Buah Hati Rewel Dengan Cara Ini

Beda Kejang Biasa dan Kejang Demam pada Bayi

Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak yang terjadi secara spontan dan menyebabkan gangguan motorik, sensorik, atau gangguan otonomi lainnya.

Pada bayi, penyebab kejang yang paling umum adalah demam tinggi, yang juga dikenal sebagai kejang demam. 

Kejang demam atau step adalah kejang yang dipicu oleh demam tinggi (biasanya di atas 38,3 derajat Celsius). Kejang demam bisa terjadi akibat infeksi seperti pilek, flu, atau infeksi telinga. Kejang demam paling sering menyerang anak-anak berusia antara 6 bulan hingga 5 tahun.

Cara Mengatasi Kejang pada Bayi

Bayi yang mengalami kejang harus cepat mendapat pertolongan pertama. Bunda tidak bisa menghentikan kejangnya secara paksa. Yang paling penting, tetap tenang dan lakukan yang terbaik untuk menjaga keselamatan si Kecil.

Berikut adalalah langkah pertolongan pertama kejang pada bayi: 

  • Jika Bunda mengamati si Kecil menunjukkan ciri-ciri kejang, segera letakkan bayi dengan lembut di lantai atau permukaan yang rata

  • Singkirkan benda apa pun di sekitarnya. Longgarkan semua pakaian di sekitar kepala atau leher.

  • Baringkan si Kecil miring dan buka mulutnya dengan lembut menggunakan jari Bunda untuk mencegahnya tersedak air liur (ludah). Jika si Kecil muntah, bantu lebarkan mulutnya dengan memasukkan jari Bunda secara lembut.

  • Jangan pernah memasukkan sendok ke dalam mulut bayi yang sedang kejang karena ini akan berisiko membuat mulut si Kecil cedera akibat menggigit besi.

  • Jangan pula berikan sesendok kopi atau air putih untuk menghentikan kejang si Kecil, karena anjuran ini tidak terbukti benar secara medis dan justru dapat membahayakan si Kecil mengingat ada risiko tersedak karenanya.

  • Perhatikan dengan tepat bagaimana si Kecil bergerak dan merespon Bunda. Jika ada ponsel di dekat Bunda, rekam videonya sehingga Bunda dapat menjelaskannya nanti ke dokter.

  • Tuliskan berapa lama kejang berlangsung. Jika kurang dari 5 menit, Bunda mungkin tidak perlu mendapatkan bantuan medis darurat. Bunda dapat menginformasikan dokter mengenai gejala dan berapa lama durasi kejangnya pada dokter untuk arahan lebih lanjut.

Setelah kejang, si Kecil mungkin tidak mengingat apa yang ia alami dan mungkin bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Namun, tetap penting untuk membawa si Kecil ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dokter mungkin merekomendasikan pengobatan standar untuk mengatasi demamnya, yaitu paracetamol atau ibuprofen.

Namun untuk kejang yang berlangsung lebih dari 5 menit,  pengobatannya menggunakan obat-obatan antikonvulsan (antikejang). Bayi Bunda akan diawasi secara ketat setiap saat saat menerima obat-obatan ini.

Pasalnya, penggunaan obat-obatan tersebut bisa menimbulkan risiko efek samping pada perkembangan si Kecil. Karena itu, pastikan Bunda selalu menggunakan obat sesuai anjuran dan memantau perkembangan bayi.

Semoga artikel ini membantu, Bun! Jangan lupa juga untuk terus mengecek perkembangan bayi dari bulan ke bulan lewat Catatan Perkembangan Bayi supaya Bunda bisa mendapatkan lebih banyak informasi penting soal cara pengasuhan bayi dan tips-tips optimalkan tumbuh kembangnya.

 

Referensi:

  1. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/17/orang-tua-harus-tahu-perbedaan-kejang-demam-dan-epilepsi-pada-anak

  2. ‌IDAI | Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. (2019). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/professional-resources/pedoman-konsensus/konsensus-penatalaksanaan-kejang-demam

  3. ‌Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1476/kejang-pada-anak#:~:text=Kejang%20merupakan%20salah%20satu%20gangguan,otitis%20media%20akut%20dan%20brokitis

  4. ‌IDAI | Kejang Demam: Tidak Seseram yang Dibayangkan. (2014). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/kejang-demam-tidak-seseram-yang-dibayangkan

  5. ‌Febrile Seizures (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2018). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/febrile.html

  6. ‌First Aid: Febrile Seizures (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2018). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/febrile-seizures-sheet.html

Artikel Terpopuler