Facebook Pixel Code Bunda Waspadai Anemia pada Anak dengan Ketahui 5 Hal Penting Ini

Faktanya, Anak Usia 1-5 Tahun Rentan Anemia yang Bisa Hambat Perkembangan Otak!

Faktanya, Anak Usia 1-5 Tahun Rentan Anemia yang Bisa Hambat Perkembangan Otak!

 

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak, terutama di usia 1-5 tahun. Bahkan menurut data RISKESDAS 2018, 1 dari 3 anak Indonesia yang berusia di bawah 5 tahun rentan menderita anemia.

Di sisi lain, orang tua sering tidak sadar bahwa anaknya mengalami anemia, karena kondisi ini seringkali tidak menimbulkan gejala. Padahal jika tidak ditangani secara tepat, dampaknya pada perkembangan otak dapat bersifat jangka panjang dan menjadi permanen sehingga menurunkan kecerdasan anak.

Oleh karena itu, anemia pada anak tidak boleh diremehkan. Bunda sebaiknya menaruh perhatian khusus pada asupan gizi anak, terutama asupan Zat Besi & Vitamin C, dalam lima tahun pertama usia si Kecil. Karena, momen ini merupakan masa paling penting untuk dukung perkembangan otak anak

Lalu pertanyaannya, apa yang bisa menyebabkan si Kecil mengalami anemia?

Penyebab Anemia pada Anak

Salah satu alasan terbesar mengapa anak-anak sangat rentan mengalami anemia adalah karena kurang mengonsumsi protein hewani yang merupakan sumber zat besi tinggi.

Menurut data Survei Diet Total dari Kemenkes tahun 2014, rata-rata konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia  jauh tertinggal di bawah rata-rata dunia, di mana hanya 43% masyarakat Indonesia yang memakan protein hewani sementara 57% lainnya lebih sering makan protein nabati. Angka ini bahkan masih terhitung rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Malaysia. 

Saat anak kekurangan zat besi, tubuhnya tidak dapat memproduksi hemoglobin dan sel darah merah yang cukup. Padahal untuk membuat keduanya dalam jumlah cukup, tubuh membutuhkan asupan heme dan asam amino yang banyaknya terdapat dari protein hewani. Protein hewani diketahui memiliki komposisi zat besi yang lebih tinggi dan asam amino esensial yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati. 

Kurangnya produksi hemoglobin membuat pasokan oksigen dalam darah berkurang sehingga tubuh tidak mendapat oksigen yang cukup. Hal inilah yang menyebabkan anak berisiko mengalami anemia. Anak usia 1-5 tahun juga cenderung lebih rentan terhadap anemia karena kebutuhan zat besinya meningkat akibat pertumbuhan tubuh yang cepat.

Gejala Anemia pada Anak

Anemia pada anak usia 1-5 tahun seringkali tidak menunjukkan gejala apa pun, dan kalaupun muncul sering disalahpahami sebagai gejala penyakit lain yang juga umum.

Ketika anak sudah benar-benar kekurangan zat besi, barulah tanda-tanda anemia akan terlihat sangat jelas. Maka itu, banyak orang tua yang sering tidak mengetahui anaknya memiliki anemia dan baru disadari saat sudah ada komplikasi. 

Menurut Ikatan Dokter Indonesia, gejala anemia yang paling sering ditemukan pada anak adalah:

  • Kulit wajah dan bibir pucat, yang berlangsung lama (kronis).

  • Cepat lemas, lesu, atau lelah, apalagi setelah bermain atau beraktivitas fisik biasa.

  • Selalu tampak murung.

  • Mudah marah atau cepat rewel.

  • Nafsu makan berkurang.

  • Sering mengeluhkan pusing atau sakit kepala.

  • Punya detak jantung yang cepat (sering merasa dadanya berdebar-debar)

  • Memiliki keterlambatan perkembangan dan masalah perilaku

  • Perhatiannya mudah teralih, sulit konsentrasi saat belajar.

  • Anak gampang sakit atau mudah tertular infeksi karena daya tahan tubuhnya menurun.

Dampak dari Anemia Terhadap Kecerdasan Anak

Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anemia kekurangan zat besi dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. 

Hal yang perlu diwaspadai adalah, kekurangan zat besi dapat mengakibatkan masalah kognitif seperti penurunan daya konsentrasi dan prestasi belajar anak jika tidak segera diatasi.

Ini karena zat besi berperan penting membentuk selubung saraf otak yang penting untuk meningkatkan keterampilan kognitif anak, termasuk di antaranya adalah cara si Kecil berkomunikasi, kemampuan berpikir, penyelesaian masalah, dan lain sebagainya.

Ketika pertumbuhan cabang sel otak terhambat, otak tidak bisa memproses informasi sehingga anak kesulitan mengikuti pembelajaran dengan baik. Itu kenapa, melansir IDAI, salah satu kemungkinan akibat dari anemia yang paling umum pada anak jika tidak segera ditangani adalah melemahnya daya tangkap dan pemusatan perhatian. 

Selain menurunkan kemampuan belajar, anemia juga dapat menyebabkan menurunnya tingkat konsentrasi dan kemampuan penyimpanan memori anak. Bahkan anak yang memiliki anemia defisiensi zat besi kronis dapat mengalami penurunan skor IQ hingga 10 poin. Apalagi jika anemia terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan anak. 

Cara Mencegah Anemia pada Anak

Cara paling efektif dan mudah yang bisa Bunda lakukan untuk mencegah anemia pada anak adalah dengan memberikan asupan protein yang tinggi zat besi dari makanan sehari-hari.

IDAI menganjurkan Bunda mengutamakan perbanyak asupan zat besi dari sumber hewani seperti daging, telur, dan ikan, karena lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi yang berasal dari protein nabati. Zat besi hewani bisa diserap hingga sebesar 23-30% sementara zat besi dari sayuran hijau atau tahu dan tempe hanya diserap sekitar 3-8% saja.

Bunda juga dapat bantu mengoptimalkan kebutuhan zat besi harian si Kecil dari dampingan susu pertumbuhan yang terfortifikasi dengan zat besi dan vitamin C. Sebab,  vitamin C dapat bantu maksimalkan penyerapan zat besi untuk dukung tumbuh kembang optimal si Kecil dan cegah anemia. 

Setelah mengetahui fakta ini, Bunda pasti semakin paham betapa pentingnya mendeteksi anemia sedini mungkin dan memastikan asupan zat besi serta vitamin C si Kecil terpenuhi untuk mencegah terjadinya anemia yang dapat berlanjut kepada dampak serius pada perkembangan otak anak.

Jadi, jangan pernah ragu untuk berkonsultasi ke dokter tentang kesehatan si Kecil, ya! Sebab, bukan mustahil masalah kekurangan zat besi kronis susah sembuh atau malah tidak bisa lagi diobati sehingga dampaknya pada perkembangan otaknya menjadi permanen.

Sumber:

  1. IDAI | Pastikan Bayi Anda Cukup Zat Besi? (2017). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pastikan-bayi-anda-cukup-zat-besi
  2. IDAI | ANEMIA KEKURANGAN ZAT BESI. (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-kekurangan-zat-besi
  3. Stephanie, Carlson, E. C., & Georgieff, M. (2011). The Role of Iron in Learning and Memory. Advances in Nutrition, 2(2), 112–121. https://doi.org/10.3945/an.110.000190
  4. Rumah Sakit Universitas Indonesia. (2022, July 26). Ui.ac.id. https://rs.ui.ac.id/umum/berita-artikel/artikel-populer/protein-hewani-sebagai-zat-gizi-penting-bagi-pertumbuhan-anak
  5. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/182/anemia-defisiensi-besi-pada-anak
  6. Diva Angelia. (2022, April 8). Konsumsi Daging Indonesia Masih di Bawah Rata-Rata Dunia. GoodStats; GoodStats. https://goodstats.id/article/rata-rata-konsumsi-daging-di-indonesia-masih-anjlok-ozwzO

Artikel Terpopuler

Website ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapat pengalaman terbaik di dalam website kami. Pelajari lebih lanjut

call center bebeclub
foto careline