Anemia pada anak perlu Bunda kenali dan tangani secepatnya supaya tidak menimbulkan gangguan tumbuh-kembang jangka panjang. Simak penyebab, gejala, dan cara mengatasinya di bawah ini!
Penyebab Anemia pada Anak
Bunda tentu penasaran, “anemia pada anak disebabkan oleh apa?” Penyebab utama anemia adalah kekurangan asupan zat besi (iron).
Zat besi merupakan mineral penting yang bertugas membentuk sel darah merah (hemoglobin). Tugas hemoglobin adalah mengantarkan oksigen keseluruh tubuh si Kecil.
Jika hemoglobin terlalu sedikit, tubuh tidak bisa bekerja dengan optimal karena asupan oksigennya kurang. Secara medis, kondisi ini disebut anemia defisiensi besi (ADB).
Gejala Anemia pada Anak
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gejala anemia defisiensi besi yang paling sering ditemukan pada anak adalah:
- Kulit wajah dan bibir pucat, yang berlangsung lama (kronis).
- Cepat lemas, lesu, atau lelah, apalagi setelah bermain atau beraktivitas fisik biasa.
- Selalu tampak murung.
- Mudah marah atau cepat rewel.
- Nafsu makan berkurang.
- Sering mengeluh sakit kepala.
- Punya detak jantung yang cepat (sering merasa dadanya berdebar-debar).
- Mengalami keterlambatan perkembangan juga masalah perilaku.
- Perhatiannya mudah teralih, sulit konsentrasi saat belajar.
- Gampang sakit atau mudah tertular infeksi karena daya tahan tubuhnya menurun.
Baca Juga: 7 Manfaat Zat Besi untuk Anak dan Cara Penuhi Asupannya
Dampak Anemia pada Anak
Banyak dampak negatif yang berisiko dialami si Kecil apabila ia mengalami anemia defisiensi besi (ADB) berkepanjangan, antara lain:
1. Penurunan Daya Tangkap
Faktanya, tak sedikit orang tua yang menyadari bahwa dampak ADB bisa berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan.
Pasalnya, zat besi berperan penting dalam membentuk selubung saraf otak bernama mielin. Tugas mielin adalah menghantarkan informasi yang diterima dari lingkungan ke sel otak.
Jadi, ketika pembentukan mielin terhambat daya tangkap si Kecil akan menurun dan proses belajarnya terhambat.
2. Konsentrasi Buruk
Otak membutuhkan asupan oksigen yang cukup agar dapat berfungsi optimal. Nah, salah satu efek yang terjadi jika otak anak kekurangan oksigen adalah sulit berkonsentrasi.
Hal tersebut akan menyebabkan si Kecil kesulitan menyelesaikan aktivitas yang sedang dilakukan atau memperhatikan penjelasan guru di depan kelas.
3. Menurunkan IQ Anak
IQ (Intelligence Quotient) digunakan untuk mengukur kecerdasan kognitif. Menurut penelitian, anak yang mengalami anemia kronis dapat mengalami penurunan IQ hingga 10 poin.
Angka tersebut tergolong sangat besar sehingga dapat memengaruhi kemampuan anak dalam bidang bahasa, kemampuan penalaran, kecepatan berpikir, visual-spasial, ingatan, dan matematika.
Dengan begitu, kemampuan belajar dan prestasi akademik anak cenderung menurun.
4. Mudah Lelah
Anemia pada si Kecil juga akan membuatnya lebih mudah lelah dan lesu sehingga tidak memiliki kekuatan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan maksimal.
Hal ini akan sangat memengaruhi keterampilan anak di berbagai bidang, sebab waktu bermain dan belajarnya menjadi jauh lebih terbatas daripada anak lain yang tubuhnya sehat.
5. Anak Sulit Tidur Nyenyak
Ternyata anak dengan anemia memiliki kualitas tidur malam yang rendah. Sebab, tidurnya tidak nyenyak dan ia mudah terbangun.
Padahal, malam hari adalah waktu terbaik bagi tubuh untuk beristirahat dan memproduksi hormon pertumbuhan.
Jika, anak mudah terbangun di malam hari, produksi hormon pertumbuhan akan kurang maksimal sehingga dalam jangka panjang meningkatkan risiko gagal tumbuh.
6. Menurunkan Nafsu Makan
Di dalam tubuh anak, zat besi juga berperan dalam produksi hormon ghrelin yang memengaruhi tinggi rendahnya nafsu makan.
Ketika anemia, tubuh kekurangan zat besi sehingga tidak bisa memproduksi hormon ghrelin dalam jumlah yang cukup. Akibatnya, nafsu makan anak menurun dan ia lebih sering menolak makan.
7. Anak Tidak Ceria
Anemia pada anak juga memengaruhi kemampuan tubuh si Kecil dalam memproduksi hormon bahagia yang bernama serotonin, dopamin, dan norepinefrin.
Hal itulah yang membuat anak anemia cenderung memiliki suasana hati yang buruk, terlihat tidak ceria, dan lebih rewel.
8. Kesulitan Bersosialisasi
Suasana hati yang cenderung buruk juga secara tidak langsung membuat si Kecil kesulitan dalam mengendalikan diri. Maka, timbulah sikap yang kurang terpuji.
Sikap yang kurang terpuji dan wajah yang murung akan membuat si Kecil kesulitan dalam bersosialisasi dan menjalin pertemanan.
Sedangkan di mata orang dewasa yang tidak mengerti, mungkin si Kecil akan dicap sebagai anak yang nakal atau kurang sopan.
9. Keterampilan Motorik Menurun
Mudah lelah dan merasa lemas sepanjang waktu merupakan salah satu ciri utama anak yang mengalami anemia.
Jika sudah begitu, si Kecil pasti sudah tidak memiliki keinginan untuk bermain secara aktif. Kalau hal ini berlangsung dalam waktu panjang, motoriknya akan kekurangan stimulasi.
Dengan begitu, keterampilan motorik si Kecil akan berkembang di bawah rata-rata kelompok usianya.
10. Lebih Mudah Sakit
Anak yang menderita anemia juga lebih mudah tertular penyakit infeksi seperti batuk-pilek (selesma). Bagaimana bisa?
Pasalnya, zat besi dapat mendorong kinerja sel imun agar lebih efektif dalam menghancurkan kuman jahat yang masuk ke dalam tubuh dan mencoba menginfeksi.
Baca Juga: 8 Cara Menambah Zat Besi pada Anak yang Tepat
Cara Mengatasi Anemia pada Anak
Apabila Bunda curiga si Kecil mengalami anemia defisiensi besi, segera ajak si Kecil ke dokter. Jika positif anemia, mungkin si Kecil akan mendapatkan pengobatan seperti:
- Suplemen zat besi (preparat besi) yang dikonsumsi secara oral.
- Setelah hemoglobin normal, preparat besi tetap diberikan selama 2-3 bulan.
- Suplemen vitamin C dengan dosis sekali minum 50 mg. Diberikan 2 kali sehari.
- Suplemen asam folat dengan dosis sekali minum 5-20 mg. Diberikan 2 kali sehari.
Selain itu, si Kecil juga perlu banyak minum untuk menghindari terjadinya konstipasi (susah BAB) sebagai efek samping konsumsi suplemen zat besi.
Baca Juga: Pentingnya IronC™, Kombinasi Unik Zat Besi dan Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Pencegahan Anemia pada Anak
Berikut adalah beberapa cara mencegah anemia defisiensi besi pada anak usia dini yang dinilai efektif dan dapat dengan mudah Bunda lakukan di rumah:
1. Memberikan Makanan Tinggi Zat Besi
Langkah utama yang dapat Bunda lakukan untuk mencegah anemia pada si Kecil adalah memberikan makanan kaya zat besi, terutama yang berasal protein hewani (zat besi heme).
Sebab, zat besi dari protein hewani lebih mudah diserap tubuh. Di antaranya ada hati ayam, daging sapi, daging kambing, daging ayam, sarden, tuna, dan ikan kembung.
Sementara sayuran tinggi zat besi adalah brokoli, bayam, tomat, kubis, kentang, kale, biji labu, kedelai, dan masih banyak lagi.
2. Memberikan Makanan Tinggi Vitamin C
Untuk mendukung penyerapan zat besi dari makanan yang dikonsumsi si Kecil, sebaiknya Bunda membersamai pemberiannya dengan makanan yang tinggi vitamin C.
Menurut IDAI, vitamin C bisa meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh hingga dua kali lipat lebih tinggi.
Maka dari itu, Bunda bisa sajikan makanan tinggi zat besi bersama makanan tinggi vitamin C, misalnya tumis brokoli daging sapi dengan buah jeruk.
3. Tidak Memberikan Teh
Selain mengandung kafein, ternyata teh juga tinggi akan zat tanin dan oksalat yang sifatnya menghambat penyerapan zat besi di dalam tubuh.
Jadi, untuk mencegah anemia pada anak, Bunda sebaiknya tidak memberikan teh sebagai sumber cairan si Kecil.
4. Memberikan Makanan Terfortifikasi
Selain memberikan makanan kaya zat besi, Bunda juga bisa dukung pemenuhan asupan zat besi harian anak dengan memberikan makanan yang telah difortifikasi atau diperkaya mineral ini.
Contohnya adalah sereal, roti, biskuit, oatmeal, kurma, kismis, dan susu pertumbuhan anak terfortifikasi.
Untuk memastikan kandungan zat besinya, Bunda bisa mengecek label komposisi makanan pada kemasaan.
5. Menjaga Kebersihan
Parasit yang masuk ke dalam tubuh anak dapat menimbulkan peradangan dan menghambat penyerapan nutrisi.
Jika berlangsung dalam waktu panjang, kegagalan penyerapan nutrisi penting, termasuk zat besi, dapat mengakibatkan anemia pada anak.
Oleh karena itu, Bunda perlu mengajari si Kecil menjaga kebersihan diri dan lingkungan di sekitarnya. Contohnya selalu cuci tangan dengan sabun setelah buang air dan sebelum makan.
Untuk bantu memastikan anak tidak kekurangan zat besi, Bunda bisa menggunakan Iron Check Tools secara gratis! Caranya sangat mudah kok, Bunda. Jadi jangan ragu untuk mencoba, ya!
Apakah Anemia pada Anak Bisa Sembuh?
Tentu saja anemia pada si Kecil bisa diobati. Namun, pengobatan harus dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosa anemia ditegakkan.
Dengan begitu, gejalanya tidak memberikan pengaruh jangka panjang pada keoptimalan tumbuh-kembang dan prestasi belajar anak.
Itulah informasi penting seputar anemia pada anak yang perlu Bunda ketahui. Semoga setelah membaca informasi ini Bunda jadi lebih semangat dalam memenuhi kebutuhan zat besi harian si Kecil, ya!
Referensi:
- IDAI | Pastikan Bayi Anda Cukup Zat Besi? (2017). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pastikan-bayi-anda-cukup-zat-besi#:~:text=Kekurangan%20zat%20besi%20dapat%20berdampak,iritabel%20dan%20sulit%20mengendalikan%20diri.
- IDAI | ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI DAN ANAK. (2019). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-defisiensi-besi-pada-bayi-dan-anak
- IDAI | ANEMIA KEKURANGAN ZAT BESI. (2016). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-kekurangan-zat-besi
- Iron deficiency. (2024, May 23). Healthdirect.gov.au; Healthdirect Australia. https://www.healthdirect.gov.au/iron-deficiency
- Rodrigues, I., Fidelix, G., de, M., Egito, C., Márcia, P., & Giovana Longo-Silva. (2023). Association between iron deficiency anemia and sleep duration in the first year of life. Revista Paulista de Pediatria, 42. https://doi.org/10.1590/1984-0462/2024/42/2022173
- Zaffanello, M., Pietrobelli, A., Paolo Cavarzere, Guzzo, A., & Antoniazzi, F. (2024). Complex relationship between growth hormone and sleep in children: insights, discrepancies, and implications. Frontiers in Endocrinology, 14. https://doi.org/10.3389/fendo.2023.1332114
- Mawer, R. (2016, June 24). What Is Ghrelin? All You Need to Know About This Hormone. Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/nutrition/ghrelin#TOC_TITLE_HDR_2
- Van, G. (2020, October 26). 14 Symptoms of Iron Deficiency Anemia. Healthline; Healthline Media. https://www.healthline.com/nutrition/iron-deficiency-signs-symptoms
- Could low iron be making your mental health symptoms worse? | Psychiatry | Michigan Medicine. (2023, May 26). Psychiatry. https://medicine.umich.edu/dept/psychiatry/news/archive/202305/could-low-iron-be-making-your-mental-health-symptoms-worse
- Kariger, P. K., Stoltzfus, R. J., Olney, D., Sunil Sazawal, Black, R., Tielsch, J. M., Frongillo, E. A., Khalfan, S. S., & Pollitt, E. (2005). Iron Deficiency and Physical Growth Predict Attainment of Walking but Not Crawling in Poorly Nourished Zanzibari Infants. Journal of Nutrition, 135(4), 814–819. https://doi.org/10.1093/jn/135.4.814
- Ni, S., Yuan, Y., Kuang, Y., & Li, X. (2022). Iron Metabolism and Immune Regulation. Frontiers in Immunology, 13. https://doi.org/10.3389/fimmu.2022.816282
- Clinic, C. (2023, March 15). 52 Foods High In Iron. Cleveland Clinic. https://health.clevelandclinic.org/how-to-add-more-iron-to-your-diet
- Can Drinking Tea Interfere With Iron Absorption? (2023). Verywell Health. https://www.verywellhealth.com/can-herbal-tea-interfere-with-iron-absorption-89168
- Stephanie, Carlson, E. C., & Georgieff, M. (2011). The Role of Iron in Learning and Memory. Advances in Nutrition, 2(2), 112–121. https://doi.org/10.3945/an.110.000190
- Rumah Sakit Universitas Indonesia. (2022, July 26). Ui.ac.id. https://rs.ui.ac.id/umum/berita-artikel/artikel-populer/protein-hewani-sebagai-zat-gizi-penting-bagi-pertumbuhan-anak
- Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/182/anemia-defisiensi-besi-pada-anak
- Diva Angelia. (2022, April 8). Konsumsi Daging Indonesia Masih di Bawah Rata-Rata Dunia. GoodStats; GoodStats. https://goodstats.id/article/rata-rata-konsumsi-daging-di-indonesia-masih-anjlok-ozwzO