Facebook Pixel Code Baby Led Weaning (BLW): Plus Minus dan Cara Penerapannya

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Mulai Baby Led Weaning (BLW)

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Mulai Baby Led Weaning (BLW)


Metode pemberian MPASI baby led weaning alias BLW belakangan ini kembali ramai jadi topik perbincangan ibu-ibu. Apakah Bunda sedang mempertimbangkan untuk mencoba BLW? Metode ini dikabarkan lebih baik dibandingkan dengan menyuapi anak seperti umumnya. Sebelum terburu-buru mengikuti tren, simak dulu penjelasan lengkap mengenai kelebihan, kekurangan, dan tips memulai BLW pada artikel berikut ini! Sebab, yang baik bagi orang lain mungkin belum tentu cocok untuk Bunda dan si Kecil.

Apa Itu Baby Led Weaning?

Baby led weaning atau BLW adalah metode alternatif untuk mengenalkan MPASI pada bayi berusia 6 bulan atau lebih dengan membiarkannya mengambil dan memasukkan makanan ke dalam mulut menggunakan tangannya sendiri. 

Metode ini mulai diperkenalkan pada tahun 2005 oleh Rapley dan Murkett melalui bukunya yang berjudul Baby Led Weaning: Essential Guide to Introducing Solid Foods and Helping your Baby to Grow Up a Happy and Confident Eater. 

Yang jadi poin dalam metode ini, selain membiarkan bayi memilih dan mengambil makanannya sendiri orang tua juga membiarkan bayi makan seberapa banyak dan selama yang ia hendaki sendiri. 

Itulah kenapa metode satu ini disebut “baby led weaning”, karena bayi yang justru memimpin atau mengendalikan sendiri cara makannya. Sebaliknya, dengan disuapi, orang tualah yang akan menentukan jenis makanannya, seberapa banyak porsinya, dan seberapa lama bayi akan makan.

Makanan Apa Saja yang Cocok untuk BLW?

Dalam metode pemberian MPASI tradisional, bayi akan mendapatkan makanan pertamanya dalam bentuk bubur saring halus atau puree. Barulah seiring waktu, bayi bisa dikenalkan dengan tekstur MPASI yang lebih padat. 

Sementara dalam BLW, bayi akan langsung diperkenalkan dengan finger food, yaitu makanan utuh semi-padat yang dipotong kecil seukuran genggaman bayi agar lebih mudah diambil, digenggam, dan dimakan oleh bayi tanpa bantuan.

Misalnya, brokoli kukus, sebonggol kecil jagung manis, fillet daging ayam, potongan pisang, telur ayam, filet ikan tanpa duri. Selain itu, Bunda juga dapat cari tahu resep-resep MPASI bergizi lainnya dengan mengunduh Panduan Resep MPASI secara gratis!

Tanda Bayi Siap BLW

Menurut IDAI, hal pertama yang perlu Bunda perhatikan saat akan menerapkan BLW adalah kesiapan bayi untuk mulai makan makanan padat. Beberapa tanda bayi sudah siap makan MPASI adalah:

  • Bayi bisa duduk sendiri tanpa bantuan orang tua atau pengasuh.

  • Bayi harus sudah bisa menegakkan dada dan selama proses makan dapat mempertahankan posisi tersebut.

  • Bayi mulai mengambil dan menggenggam benda-benda kecil seperti mainan atau makanan.

  • Bayi bisa mengarahkan tangan untuk memasukkan benda yang ia genggam ke dalam mulut.

  • Membuka mulut ketika Bunda menawarkan makanan.

  • Bayi dapat menelan makanan dan sudah tidak memiliki refleks melepeh makanan dengan lidah.

  • Bayi bisa memindahkan makanan dari bagian depan ke bagian belakang lidah untuk menelan makanan. 

Bunda adalah sosok yang paling mengenal si Kecil luar dalam. Jika ia belum menunjukkan tanda-tanda siap makan, jangan langsung dipaksakan, ya, karena melakukan BLW secara sembarangan dapat meningkatkan risiko bayi tersedak.

Tidak apa-apa, kok, untuk menunggu sambil memantau terus perkembangan si Kecil sampai ia benar-benar siap.

Kelebihan Metode Baby Led Weaning

Jadi, apa saja sisi positif menggunakan metode BLW yang dapat Bunda pertimbangkan? Berikut ulasannya: 

1. Bayi Belajar Kapan Lapar dan Kenyang

Baby led weaning mampu membantu bayi untuk mengenali rasa lapar dan kenyang sebab si Kecil dimotivasi untuk makan sendiri sesuai keinginannya. 

Bunda, kemampuan mengenali rasa lapar dan kenyang ini kelak akan membantu si Kecil untuk mengontrol porsi makannya sehari-hari, lho.

Ia tidak akan makan hanya karena penasaran terhadap rasa makanan, mengikuti keinginan, atau bosan. Sebab, ia tahu makan hanya di saat lapar saja dan bisa berhenti sendiri ketika sudah kenyang.  

2. Mengasah Motorik Halus 

Dengan BLW, bayi akan dimotivasi untuk meraih, menggenggam, hingga memasukkan makanan ke mulutnya. Proses tersebut membutuhkan koordinasi yang baik antara mata dan otot halus yang ada di tangan si Kecil. 

Oleh karena itu, seiring berjalannya waktu keterampilan motorik halus si Kecil akan semakin baik dan perkembangannya lebih pesat daripada bayi yang terbiasa makan disuapi oleh Bunda. 

Keterampilan motorik halus kelak akan sangat berguna dalam kehidupan si Kecil lho, Bunda. Sebab, kegiatan sehari-hari si Kecil seperti menggunting, menggosok gigi, menulis, mengancingkan baju, menggunting kertas, dan lainnya membutuhkan koordinasi yang baik antara mata dan tangan. 

Baca juga: 5 Tips MPASI Bergizi untuk Jaga Daya Tahan Tubuh si Kecil

3. Tidak Pilih-Pilih Makanan

Saat menjalani BLW, bayi akan terekspos pada berbagai jenis, rasa, dan tekstur makanan yang jauh lebih beragam ketimbang daripada saat ia hanya disuapi. 

Selama prosesnya, si Kecil mungkin tidak akan langsung doyan dengan tekstur atau rasa yang ia pilih sendiri. Tapi, tetap semangat ya Bunda, untuk mengenalkan berbagai jenis makanan makanan sejak dini.

Dengan membiasakan anak merasakan berbagai jenis makanan, besar kemungkinannya ia tumbuh menjadi anak yang tidak pilih-pilih makanan. 

4. Lebih Hemat Biaya

Jika menerapkan metode pemberian MPASI tradisional, Bunda perlu membeli beberapa bahan makanan khusus untuk membuat bubur puree atau mashed.

Namun dalam baby led weaning, si Kecil akan dimotivasi untuk mengonsumsi makanan yang tersaji di meja makan sehingga Bunda tidak perlu membuat makanan yang berbeda untuk si Kecil. Cukup berikan makanan yang memungkinkan untuk dimakan oleh si Kecil dari meja makan. 

Jadi, secara tidak langsung Bunda dapat menghemat uang belanja dan mengalokasikannya untuk kebutuhan yang lain. 

Kekurangan Metode Baby Led Weaning

Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, Bun, ada beberapa hal yang membuat metode  BLW masih menimbulkan diskusi panjang, antara lain: 

1. Prosesnya Lama

Dalam metode BLW, bayi dimotivasi untuk makan sendiri dan menentukan seberapa lama ia akan makan. 

Proses belajar makan sendiri tersebut pasti akan membuat ruang makan mengalami kekacauan kecil oleh sejumlah makanan yang terjatuh ke lantai atau berserakan di atas meja. Seluruh tubuh si Kecil mungkin juga akan terbalut dengan makanan. 

Secara otomatis Mama akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membereskan makanan dan menyediakan stok sabar yang lebih banyak untuk mendampingi si Kecil makan. 

2. Risiko Bayi Tersedak Lebih Tinggi 

Banyak pihak yang masih belum menyetujui penerapan BLW secara penuh sebab menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 dan 2016 menunjukkan bahwa metode ini  meningkatkan risiko bayi tersedak. 

3. Sulit Mengukur Porsi Makanan

Saat bayi makan dengan disuapi, Bunda dapat mengetahui betul berapa banyak makanan yang masuk ke dalam perut si Kecil. 

Namun, dalam BLW bayi akan makan sendiri sehingga Bunda mungkin kesulitan untuk memperhatikan berapa banyak makanan yang berhasil melewati mulut mungil si Kecil dan berapa banyak yang terbuang. 

4. Berisiko Kekurangan Nutrisi Esensial

Umumnya saat berusia 6 bulan bayi belum memiliki gigi, kalaupun ada yang tumbuh baru 1 sampai 2 biji. Alhasil, bayi kesulitan untuk mengunyah beberapa jenis makanan yang merupakan sumber nutrisi esensial, misalnya daging merah yang merupakan sumber zat besi terbaik. 

Pada usia 6 bulan bayi sudah memerlukan banyak nutrisi tambahan dari MPASI, ASI sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan nutrisinya. Sayangnya, pada usia ini bayi belum memiliki gigi yang dapat digunakan untuk mengoyak berbagai jenis makanan dengan tekstur keras. 

Alhasil, bayi kesulitan untuk mengunyah beberapa jenis makanan yang merupakan sumber nutrisi esensial, misalnya daging merah yang merupakan sumber zat besi terbaik. 

Hingga saat ini memang masih belum ada penelitian yang terang-terangan menegaskan bahwa BLW menyebabkan bayi kekurangan zat besi, tapi risikonya tetap ada.

Baca Juga: Memahami Metode Mother Led Weaning pada Sang Bayi

Tips Memulai Baby Led Weaning

Menurut Rapley dan Murkett, metode BLW pada dasarnya aman dimulai pada usia 6 bulan mengingat di usia ini rata-rata bayi sudah siap makan dengan tangannya sendiri. Meski begitu ada beberapa hal yang sangat penting untuk Bunda perhatikan agar keamanan BLW terjamin 

  1. Pastikan bayi sudah siap makan dengan menunjukkan tanda-tanda seperti di atas. 

  2. Memastikan si Kecil duduk di high chair dalam posisi tegak dan bisa terus menahan posisinya selama proses makan berlangsung. 

  3. Bunda harus selalu mendampingi bayi selama proses makan.

  4. Singkirkan semua distraksi seperti TV yang menyala, tablet yang memutar film, atau mainan yang berisik.

  5. Pastikan memberikan makanan dengan ukuran sesuai genggaman si Kecil. 

  6. Pastikan tekstur makanannya cukup lembut dan mudah hancur di mulut si Kecil.

  7. Hindari pemberian makanan yang berisiko membuat si Kecil tersedak, seperti yang berbentuk bulat atau koin (buah anggur utuh, potongan pisang berdiameter kecil, kacang, popcorn, dan lain sebagainya).

  8. Memperkenalkan bayi dengan berbagai macam makanan.

  9. Hindari menyajikan makanan cepat saji atau makanan yang mengandung banyak gula dan garam. 

  10. Hindari pemberian makanan mentah atau makanan setengah matang. Pastikan makanan matang sempurna.

  11. Jangan berikan madu karena berisiko sebabkan keracunan pada bayi akibat zat toksik yang diproduksi bakteri Clostridium botulinum.  

Baca juga: 5 Tips Penting MPASI untuk Dukung Tumbuh Kembang si Kecil

Jadi, apakah Bunda mau mulai mencoba BLW atau mulai dulu dengan cara pemberian ASI yang umum baru pelan-pelan mengenalkan si Kecil pada makanan padat? Apa pun yang jadi keputusan Bunda, kami yakin itu dibuat dengan pertimbangan yang matang dengan memprioritaskan si Kecil. 

Tenang, Bun, menerapkan suatu metode pemberian makan juga tidak perlu saklek kok. Jika masih ragu, Bunda dapat selalu meminta masukan dari dokter anak yang ada di lembaga kesehatan seperti pusat layanan kesehatan seperti Puskesmas atau Posyandu.

Semoga artikel ini membantu, ya!

Referensi tambahan:

  1. Cameron, S., Heath, A.-L., & Taylor, R. (2012). How Feasible Is Baby-Led Weaning as an Approach to Infant Feeding? A Review of the Evidence. Nutrients, 4(11), 1575–1609. https://doi.org/10.3390/nu4111575

  2. IDAI | Betulkah Baby Led Weaning Lebih Baik? (2017). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/betulkah-baby-led-weaning-lebih-baik

  3. zaleska. (2021, October 27). Baby-Led Weaning: What You Need to Know. Cleveland Clinic; Cleveland Clinic. https://health.clevelandclinic.org/baby-led-weaning/

  4. CDC. (2021, August 24). When, What, and How to Introduce Solid Foods. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/foods-and-drinks/when-to-introduce-solid-foods.html

  5. zaleska. (2021, October 27). Baby-Led Weaning: What You Need to Know. Cleveland Clinic; Cleveland Clinic. https://health.clevelandclinic.org/baby-led-weaning/

  6. IDAI | Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). (2018). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi

Artikel Terpopuler

Website ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapat pengalaman terbaik di dalam website kami. Pelajari lebih lanjut

call center bebeclub
foto careline