Facebook Pixel Code Mengenal Gejala Difteri pada Anak dan Cara Penanganannya

Mengenal Gejala Difteri pada Anak, Penyebab, dan Cara Pencegahannya

Mengenal Gejala Difteri pada Anak, Penyebab, dan Cara Pencegahannya

Difteri adalah sebuah penyakit yang sangat berbahaya dan sangat mudah menular. Rentannya anak yang terkena difteri tentu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Bunda. Apalagi pada akhir tahun 2017, difteri sempat ditetapkan sebagai KLB alias kejadian luar biasa dengan jumlah kasus mencapai 3.353 jiwa.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami akan mengajak Bunda untuk mengenali gejala difteri pada anak agar penyakit dapat segera terdeteksi dan ditangani dengan maksimal. 

Apa Itu Difteri?

Difteri adalah penyakit infeksi yang sangat menular dan disebabkan oleh bakteri bernama Corynebacterium diphtheriae. 

Penyakit ini umumnya menyerang saluran pernap atas, mulai dari hidung, tonsil (amandel), laring (kotak suara), dan faring (tenggorokan bagian atas).

Di dalam tubuh si Kecil, bakteri Corynebacterium diphtheriae akan melepaskan zat beracun yang menyebabkan munculnya bercak-bercak berwarna putih di tenggorokan bagian atas. 

Bercak-bercak tersebut kemudian akan membentuk lapisan yang membuat saluran pernapasan mengalami penebalan sehingga si Kecil kesulitan bernapas. Selain itu, bercak putih tersebut juga dapat memicu terjadinya pembengkakan pada tenggorokan. 

Pada kasus infeksi yang parah, difteri akan menyebabkan kerusakan ginjal dan juga kerusakan saraf yang dapat membuat anak mengalami kelumpuhan.  1 dari 4 anak yang terinfeksi difteri dilaporkan mengalami peradangan pada otot jantung yang dapat meningkatkan risiko gagal jantung di usia dini. 

Sedangkan pada kasus difteri yang tidak terlalu serius, infeksi ini akan menyebabkan luka-luka pada kulit yang berubah menjadi borok dan lama sembuhnya. 

Baca juga: Pertolongan Pertama Mengatasi Sakit Perut dan Muntah pada Anak

Cara Penularan Difteri 

Difteri ditularkan melalui droplet (percikan ludah) ketika yang terlempar ketika seseorang bersin, batuk, muntah, atau melalui penggunaan alat makan bergantian. Selain itu, infeksi ini juga dapat menular ketika droplet mengenai luka yang terbuka. 

Nah, penyakit ini tidak hanya ditularkan oleh orang yang sudah terinfeksi dan menderita difteri.  Namun, difteri dapat ditularkan oleh karier (pembawa) yang tampak sehat kepada orang-orang disekitarnya. 

Karena penyakit ini sifatnya sangat menular, makan siapapun yang mengalami kontak erat terhadap penderita maupun karier dalam 7 hari terakhir dianggap berisiko dan tertular. 

Nah, yang dianggap kontak erat terhadap penderita dan karier adalah: 

  • Anggota keluarga serumah.

  • Teman, kerabat, pengasuh yang secara teratur mengunjungi rumah.

  • Kontak cium.

  • Teman si Kecil di sekolah, teman les, dan teman mengaji.

Baca juga: Penyebab Bayi Kentut Terus dan Cara Mudah Mengatasinya

Gejala Difteri pada Anak

Gejala difteri umumnya muncul pada hari ke-2 hingga hari ke-5 setelah terjadinya infeksi dari bakteri Corynebacterium diphtheriae. Berikut gejala yang umumnya timbul pada anak yang terinfeksi difteri: 

  1. Nyeri Tenggorokan dan Menelan

Umumnya infeksi difteri akan diawali dengan munculnya nyeri pada tenggorokan sehingga ketika menelan tenggorokan terasa sakit. 

  1. Demam Tidak Tinggi

Selain menyebabkan nyeri tenggorok dan menelan, infeksi difteri juga menimbulkan demam. Hanya saja, demam yang muncul tidak tinggi yaitu kurang dari 38,5 derajat Celcius. Demam ini akan bertahan selama 48 jam dan membuat si Kecil kerap menggigil. 

  1. Nafsu Makan Menurun

Tenggorokan yang terasa nyeri, rasa sakit yang timbul karena menelan, dan demam menyebabkan tubuh anak merasa tidak nyaman. Rasa tidak nyaman itu akan berpengaruh besar terhadap nafsu makan anak. 

  1. Lemas dan Lesu

Segala kondisi yang dialami si Kecil akibat infeksi difteri menyebabkan nafsu makannya turun. Hal tersebut membuat tubuhnya yang sedang melawan penyakit semakin kekurangan nutrisi sehingga terasa lemas dan lesu. 

  1. Muncul Sekret dari Hidung

Ketika terinfeksi difteri, hidung si Kecil akan memproduksi sekret alias cairan berwarna kuning kehijauan dan terkadang keluar disertai dengan darah.

  1. Muncul Selaput Putih dalam Rongga Mulut

Tanda paling khas dari infeksi difteri adalah munculnya lapisan tipis berwarna putih, keabu-abuan, atau kehitaman pada laring (kotak suara), faring (tenggorokan bagian atas), dan tonsil (amandel). Lapisan tersebut tidak mudah lepas dan berdarah apabila diangkat. 

  1. Pembengkakan Leher

Selaput putih, keabu-abuan, atau kehitaman yang muncul lama-kelamaan dapat memicu timbulnya pembengkakan leher yang tampak seperti leher sapi sehingga sering disebut sebagai bull neck. 

  1. Sesak Napas dan Stridor

Pada kondisi yang lebih parah, pembengkakan pada leher dapat membuat si Kecil mengalami sesak napas dan munculnya stridor. 

Stridor merupakan bunyi napas berat seperti mengorok yang muncul karena terjadi penyempitan atau penyumbatan pada saluran pernapasan si Kecil. 

  1. Kelumpuhan

Pada situasi tertentu, gejala difteri juga dapat dilihat dari kemampuan anak menggerakan otot-otot motoriknya, seperti kaki atau tangan. Ini karena bakteri difteri kerap menyebabkan kelumpuhan.

Penanganan Difteri pada Anak

Apabila si Kecil mengalami gejala-gejala yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, Bunda harus segera membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan dan pemeriksaan laboratorium. 

Apalagi jika si Kecil sudah mengeluhkan nyeri tenggorokan disertai dengan napas yang bunyinya seperti mengorok.

Langkah cepat tanggap Bunda dapat menyelamatkan si Kecil dari kemungkinan terburuk yang dapat ditimbulkan difteri.  

  1. Penanganan untuk Anak Positif Difteri

Bunda, kalau nantinya si Kecil dinyatakan positif difteri, ia akan mendapatkan perawatan isolasi. Hal ini dilakukan untuk melindungi si Kecil agar tidak terpapar penyakit lain yang akan membuat kondisinya semakin buruk. Selain itu, isolasi juga diwajibkan agar infeksi difteri tidak semakin meluas. 

  1. Penanganan untuk Keluarga Anak Positif Difteri

Guna memutus rantai penularan difteri, seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah harus diperiksa juga oleh dokter untuk mengetahui apakah ada yang tertular atau membawa penyakit tersebut (karier). 

Selain diperiksa, anggota keluarga yang tinggal serumah juga akan mendapatkan pengobatan selama 5 hari. Obat yang diberikan biasanya bernama eritromisin sebanyak 50 mg/kg. 

Selain pengobatan, anggota keluarga juga akan mendapatkan imunisasi DPT: 

  • Untuk yang belum pernah mendapatkan vaksin DPT sebelumnya, anggota keluarga Bunda akan mendapatkan suntikan vaksin primer sebanyak 3 kali. Jarak antar suntikan vaksin satu dengan lainnya adalah 4 minggu.

  • Kalau dulu ternyata pernah mendapatkan imunisasi DPT namun belum lengkap, tidak perlu mengulang vaksin dari awal. Anggota keluarga Bunda tinggal melanjutkan vaksin yang belum didapatkan.

  • Apabila telah mendapatkan imunisasi primer, perlu ditambah imunisasi DPT ulangan 1 kali.   

Baca juga: Kenali Sebab dan Penanganan Mimisan

Cara Mencegah Penularan Difteri pada Anak

Ada beberapa upaya efektif yang dapat Bunda lakukan untuk mencegah infeksi difteri, antara lain:

  1. Imunisasi DPT 

Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit menular dengan memberikan vaksin sehingga tubuh si Kecil membentuk kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Vaksin sendiri merupakan jenis bakteri atau virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan dan dimasukkan ke dalam tubuh si Kecil untuk merangsang sistem imun membentuk zat antibodi. 

Jadi, di kemudian hari, jika ada  virus atau bakteri sejenis yang menyerang badan si Kecil sudah tahu bagaimana cara melawannya. 

Oleh karena itu, imunisasi DPT merupakan cara paling efektif untuk mencegah si Kecil terinfeksi difteri. 

Di Indonesia sendiri DPT termasuk ke dalam salah satu vaksin wajib yang akan diberikan pada saat si Kecil berusia 2, 3, 4, dan 18 bulan. Kemudian imunisasi DPT booster akan diberikan lagi pada anak saat berumur 5 tahun. 

Imunisasi bisa Bunda dapatkan secara gratis di puskesmas atau posyandu. Bunda hanya perlu mengajak si Kecil untuk datang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 

Oh iya Bun, selain mencegah difteri, imunisasi DPT juga akan melindungi si Kecil dari infeksi pertusis (batuk rejan) dan tetanus. 

Sebenarnya ada banyak jenis imunisasi yang wajib dan imunisasi tambahan yang perlu didapatkan si Kecil. Supaya tidak ada yang terlewat, Bunda dapat memanfaatkan tools Jadwal Imunisasi Interaktif yang dibuat berdasarkan rekomendasi dari IDAI. Gratis lho, Bun!

  1. Konsultasi dengan Dokter

Bunda, apabila si Kecil saat ini belum mendapatkan imunisasi DPT, tidak perlu panik. Bunda dapat melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan vaksin DPT. Terlebih lagi jika si Kecil sudah berusia 7 tahun.   

Sekarang Bunda sudah mengetahui gejala difteri hingga cara paling efektif untuk mencegah si Kecil terinfeksi difteri. 

Nah, untuk mendapatkan lebih banyak tips menjaga kesehatan si Kecil di rumah, cara pengasuhan anak yang tepat, dan informasi bermanfaat lainnya, Bunda dapat mendaftarkan diri di Klub Generasi Maju secara gratis. 

 

 

Referensi tambahan:

  1. ‌‌‌‌IDAI | Pendapat Ikatan Dokter Anak Indonesia Kejadian Luar Biasa Difteri. (2013). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/pendapat-ikatan-dokter-anak-indonesia-kejadian-luar-biasa-difteri
  2. IDAI | Himbauan IDAI Tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Kasus Difteri. (2017). Idai.or.id. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/himbauan-idai-tentang-peningkatan-kewaspadaan-terhadap-kasus-difteri
  3. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2022). Kemkes.go.id. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1814/difteri
  4. Diphtheria. (2023, January 29). Healthdirect.gov.au; Healthdirect Australia. https://www.healthdirect.gov.au/diphtheria
  5. Kesehatan, K., Direktorat, R., Dan, S., Kesehatan, K., Pencegahan, D., & Penyakit, D. (2017). PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIFTERI. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2018/01/buku-pedoman-pencegahan-dan-penanggulangan-difteri.pdf

Artikel Terpopuler