Facebook Pixel Code Kenali Gejala, Penyebab, dan Pencegahan Stunting pada Anak

Kenali Gejala, Penyebab, dan Pencegahan Stunting pada Anak

Kenali Gejala, Penyebab, dan Pencegahan Stunting pada Anak

Pahami Stunting pada Anak Sejak Dini

Periode emas dalam pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung mulai sejak Bunda mulai mengandung (konsepsi) hingga buah hati berusia 2 tahun. Kekurangan asupan nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan buah hati tentu akan memengaruhi pertumbuhannya. Apabila kondisinya makin buruk, stunting dapat terjadi.

Stunting adalah kondisi yang ditandai tinggi badan anak kurang dari tinggi badan normal pada usianya. Ini merupakan masalah gizi yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan buah hati. Tahukah Bunda, hampir sekitar 162 juta balita di seluruh dunia dan 8 juta balita dan Indonesia mengalami stunting.

Tentu bunda tahu bayi membutuhkan perhatian lebih, terutama soal asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya. Meski disebut sebagai masalah yang dipicu banyak sebab, kondisi stunting kerap disebabkan kurangnya perhatian orang tua. Karena itu, Bunda harus mulai mewaspadai stunting dan mengenali gejalanya, agar dapat melakukan pencegahan sedini mungkin.

Gejala Stunting pada Anak

Data dari Global Nutrition Report pada 2016 mencatat, sebanyak 36,4 persen dari seluruh balita di Indonesia mengalami stunting. Stunting bukan sebuah penyakit sehingga tidak bisa diobati, tapi Bunda bisa mencegahnya. Salah satu caranya adalah memastikan kecukupan asupan gizi si Kecil dari semenjak masa kehamilan.

Anak yang mengalami stunting tidak hanya mengalami gangguan pertumbuhan. Pada umumnya, kecerdasan anak dengan kondisi stunting akan lebih rendah dibandingkan anak normal. Selain itu, anak yang mengalami stunting lebih rentan terhadap penyakit menular setelah dewasa.

Penyebab Stunting

Secara umum, stunting disebabkan gizi buruk atau kurangnya asupan nutrisi. Hal ini kemudian diikuti rentetan penyebab lain.

  • Kurangnya Asupan Makanan Bernutrisi

Stunting dapat terjadi bila calon ibu mengalami anemia dan kekurangan gizi dan menambah risiko calon ibu melahirkan bayi kurang gizi kronis. Kondisi ini bisa bertambah buruk apabila asupan gizi untuk bayi kurang memadai setelah kelahirannya. Sebagai contoh, bayi berumur 6 bulan seharusnya tidak diberikan air putih atau teh, dan hanya boleh diberikan ASI eksklusif.

Di luar faktor tersebut, kurangnya asupan gizi ibu selama masa menyusui juga dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan anak.

  • Sanitasi dan Kebersihan Lingkungan

Memerhatikan kebersihan rumah dengan saksama sangat penting, Bun. Ini karena stunting juga bisa terjadi pada anak jika hidup di lingkungan kurang bersih. Kamar mandi yang sangat kotor, misalnya, dapat menyebabkan diare dan cacingan pada anak. Kedua penyakit tersebut dapat menghambat kecukupan nutrisi buah hati dan terbukti ikut berperan dalam munculnya masalah gizi buruk kronis pada anak.

Karena itu, pastikan Bunda selalu menjaga peralatan dapur dan alat makan setelah digunakan. Kamar mandi sebaiknya dibersihkan setidaknya sekali dalam seminggu. Lingkungan rumah yang bersih adalah awal hidup sehat.

Deteksi Dini Stunting

Pemantauan tinggi badan dibutuhkan untuk menilai apakah pertumbuhan tinggi badan anak masuk kategori normal atau tidak. Bunda dapat melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan si buah hati secara berkala di posyandu dan pastikan perkembangannya terpantau dengan grafik pertumbuhan.

Baca Juga: Penyebab Anak Kurang Gizi dapat Memicu Stunting

Risiko Kesehatan pada Anak Stunting

Stunting yang dialami oleh anak memunculkan risiko kesehatan jangka panjang, di antaranya adalah:

  • Otak kurang berkembang. Dalam jangka waktu panjang, kemampuan mental dan kecerdasan anak akan menurun.

  • Tingkat produktivitas yang rendah ketika dewasa.

  • Peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.

  • Memiliki risiko lebih besar untuk terserang penyakit.

  • Tubuh lebih pendek dari orang normal akan diturunkan kepada generasi berikutnya. Hal ini disebut dengan siklus kekurangan gizi antargenerasi.

  • Ibu yang mengalami kurang gizi kronis memiliki risiko lebih besar terhadap komplikasi persalinan. Ini karena ukuran panggul lebih kecil berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Cara Mencegah Stunting

Untuk mencegah stunting terjadi pada buah hati, ada beberapa langkah yang dapat Bunda lakukan:

1. Memperbaiki Gizi dan Kesehatan saat Hamil

Ini merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Saat hamil, Bunda perlu mendapat makanan yang baik. Ibu hamil yang sangat kurus atau mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) perlu mendapatkan makanan tambahan.

Selama masa kehamilan, Bunda harus selalu menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Saat hamil, Bunda perlu mendapat minimal 90 tablet penambah darah. Hal ini untuk mencegah Bunda mengalami anemia selama kehamilan.

2. ASI Eksklusif dan MPASI Bernutrisi

Setelah lahir, lakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dengan bantuan dokter atau bidan terlatih. IMD diperlukan sebagai langkah awal ASI eksklusif. Sampai dengan usia 6 bulan, buah hati hanya perlu mendapat asupan nutrisi dari ASI eksklusif.

Mulai usia 6 bulan, Bunda dapat memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) kepada buah hati. Meski sudah mendapatkan MPASI, sebaiknya Bunda terus memberikan ASI hingga buah hati berusia 2 tahun.

Berikan MPASI dengan bahan-bahan yang bergizi untuk memenuhi nutrisi harian buah hati. Menu MPASI biasanya berupa makanan yang sudah diolah hingga menyerupai bubur halus dari buah-buahan, kentang tumbuk, bubur susu, ataupun nasi yang dihaluskan.

3. Memantau Pertumbuhan dan Imunisasi

Imunisasi lengkap juga diperlukan untuk memastikan buah hati Bunda mendapat perlindungan maksimal. Pastikan buah hati mendapatkan kapsul vitamin A dan imunisasi dasar lengkap melalui posyandu terdekat di lingkungan tempat tinggal Bunda.

Mengunjungi posyandu secara berkala juga penting untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang buah hati, Bun. Tenaga ahli di posyandu akan mencatat pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala. Ini merupakan upaya sangat strategis untuk mendeteksi terjadinya gangguan pertumbuhan sejak dini.

4. Gaya Hidup Sehat

Setiap rumah tangga perlu menerapkan perilaku hidup sehat. Ini karena menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh terhadap kesehatan seluruh anggota keluarga.

Tempat tinggal yang bersih dan sehat menurunkan risiko penyakit. Makanan yang disiapkan secara higienis juga memaksimalkan nutrisinya. Kalau berhasil memberikan asupan nutrisi yang baik bagi buah hati, stunting bisa dicegah, Bun. Dengan begitu buah hati pun bisa tumbuh kuat dan sehat.

Selain itu,  pastikan Bunda membiasakan si buah hati menjalani pola hidup bersih dan sehat. Bunda dapat mencontohkan dengan mencuci tangan sebelum makan. Menjaga asupan nutrisi dan gaya hidup bersih dan sehat, membantu menopang kesehatan dan mencegah stunting.

Baca Juga: 2 Penyebab Utama Stunting dengan Kurang Gizi

Jenis Makanan untuk Mencegah Stunting

Nah, untuk mencegah munculnya risiko kekurangan gizi kronis, Bunda hendaknya memperhatikan beberapa asupan gizi berikut ini:

  1. Protein Hewani

Protein hewani mengandung asam amino lengkap yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.  Protein hewani bisa didapatkan dari daging sapi, ayam, ikan, telur, atau susu. Pastikan Bunda memberi asupan yang mengandung Omega–3 dan Omega–6, misalnya dari ikan laut, untuk  membantu daya pikir. Jenis ikan laut yang kaya Omega-3 dan Omega-6 di antaranya ikan tuna, makarel, dan sarden.

  1. Zat Besi

Saat masa kehamilan, hendaknya bunda memenuhi asupan zat besi untuk menghindari anemia. Menurut para ahli, anemia akibat kekurangan zat besi pada dua trimester pertama akan berdampak terhadap risiko bayi lahir prematur atau berat badan rendah.

Sumber zat besi bisa Bunda dapatkan dari daging merah, unggas, dan berbagai jenis ikan. Namun, Bunda juga harus menghindari konsumsi hati ayam/kambing/sapi. Ini karena makanan tersebut memiliki kandungan vitamin A tinggi dan tidak aman untuk kehamilan.

Selain memperhatikan asupan makanan, mengonsumsi suplemen zat besi dosis rendah juga disarankan. Setidaknya Bunda perlu 30 mg per hari sejak konsultasi kehamilan pertama.

  1. Asam Folat

Peranan gizi asam folat sangat penting dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang buah hati, loh, Bun. Mengonsumsi asam folat selama kehamilan dapat mengurangi risiko gangguan fisik. Asam folat juga membantu mencegah cacat tabung saraf, yakni penyakit bawaan lahir yang disebabkan gagalnya perkembangan organ bayi.

Bunda bisa mendapatkan asupan asam folat dari kuning telur, unggas, jagung, wortel, serta sayuran hijau seperti bayam, seledri, brokoli, buncis, dan kacang panjang. Asupan asam folat juga bisa Bunda dapatkan dari buah-buahan seperti alpukat, jeruk, pisang, dan tomat. Biji-bijian seperti biji bunga matahari (kuaci) dan produk olahan gandum juga memiliki kandungan asam folat tinggi.

Selain itu, Bunda disarankan menambah asupan asam folat melalui suplemen. Hal ini bertujuan memastikan jumlah asam folat yang masuk ke dalam tubuh tetap sesuai takaran setiap harinya.

Sebaiknya Bunda mulai mengonsumsi suplemen asam folat sebanyak 400 mikrogram (mcg) per hari selama satu bulan sebelum kehamilan hingga trimester pertama kehamilan. Hal ini dapat mengurangi peluang buah hati terkena risiko gangguan kelahiran lainnya, termasuk stunting.

Kurangnya nutrisi si buah hati pada 1.000 hari pertama memang merupakan salah satu penyebab stunting pada anak. Asupan gizi yang buruk akan menghambat tumbuh kembang anak yang secara langsung dapat terlihat dari tinggi badan pada usia-usia tertentu.

Meski demikian, Bunda dapat mencegah stunting sejak awal kehamilan dengan selalu menjaga kesehatan. Asupan nutrisi yang seimbang setiap harinya dapat mengurangi risiko gangguan kesehatan selama kehamilan Bunda serta memastikan buah hati tumbuh sehat dan kuat.

Artikel Terpopuler

Website ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapat pengalaman terbaik di dalam website kami. Pelajari lebih lanjut

call center bebeclub
foto careline