Facebook Pixel Code Gejala dan Ciri Alergi Telur pada Bayi, Bisakah Disembuhkan?

Kenali Ciri-Ciri Alergi Telur pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Kenali Ciri-Ciri Alergi Telur pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Jika si Kecil mengalami muntah dan ruam setelah makan telur atau makanan yang mengandung telur, bisa jadi ini gejala alergi telur, Bun.

Telur memang merupakan bahan makanan dengan harga terjangkau dan sangat mudah diolah menjadi berbagai makanan lezat. Terlebih, sumber protein di dalamnya yang baik untuk kesehatan. Sayangnya, tidak semua anak bisa mengonsumsinya karena memiliki alergi telur. 

Nah agar tidak salah langkah, Bunda perlu mencermati gejala atau ciri-ciri alergi telur pada anak. Dengan demikian, Bunda bisa mengetahui cara apa yang paling tepat untuk mengatasinya. 

Yuk, Bun, kita simak ulasannya berikut ini!

Apa Penyebab Alergi Telur?

Alergi telur adalah reaksi sistem imun yang berlebihan terhadap kandungan protein yang ada dalam kuning telur saja atau dalam putih telur, tetapi bisa juga karena dua-duanya, serta berbagai produk olahannya. 

Sistem imun si Kecil mengira protein yang terdapat dalam telur adalah zat berbahaya sehingga tubuh melepaskan bahan kimia histamin untuk menyingkirkannya. Dalam prosesnya, histamin ini akan membuat tubuh memunculkan reaksi alergi. 

Meski begitu, Bunda tidak perlu khawatir. Alergi telur pada anak bisa berkurang seiring bertambahnya usia kok. Menurut sebuah studi, sebanyak 70% anak dapat sembuh dari alergi telur di usia 16 tahun. 

Baca Juga: Apa yang Meningkatkan Risiko Si Kecil Mengalami Alergi?

Apa Gejala dan Ciri-Ciri Alergi Telur pada Bayi?

Ciri-ciri alergi telur bisa berbeda-beda pada tiap anak, Bun. Bahkan, waktu munculnya gejala juga berbeda-beda. Gejala alergi biasanya muncul dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah memakan telur atau makanan yang mengandung telur.

Namun umumnya, gejala reaksi akibat alergi telur hampir sama dengan alergi makanan pada umumnya, antara lain:

  • Ruam kemerahan pada kulit.

  • Gatal.

  • Hidung tersumbat atau pilek dan bersin.

  • Kram perut.

  • Mual dan muntah.

  • Sakit perut.

  • Diare.

  • Sesak napas yang disertai bunyi ngik.

  • Batuk.

  • Sakit dada.

Pada beberapa kasus yang parah, alergi telur dapat menimbulkan reaksi serius yang disebut anafilaksis. Anafilaksis sangat berbahaya karena dapat mengancam nyawa anak jika terlambat ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, Bunda juga perlu memahami apa saja gejala syok anafilaksis pada anak, antara lain:

  • Sulit bernapas.

  • Napas berbunyi.

  • Lidah dan tenggorokan membengkak. 

  • Kesulitan berbicara atau suara serak.

  • Mengi atau batuk tak kunjung mereda.

  • Pusing, sampai pingsan.

  • Wajah pucat dan lemas.

Bunda juga bisa mengetahui apakah gejala yang dialami si Kecil termasuk alergi atau bukan lewat tools Cek Alergi Anak, lho! Jika alergi telur pada anak kita abaikan tanpa penanganan yang tepat, tumbuh kembangnya juga bisa terganggu. Jadi, yuk, Bun, segera periksakan ke dokter!

Bagaimana Diagnosis Alergi Telur pada Bayi?

Untuk mendiagnosis alergi telur, dokter biasanya akan bertanya seputar gejala, riwayat kesehatan, dan daftar makanan yang dikonsumsi beberapa hari terakhir, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik menyeluruh.

Guna memastikan diagnosis, dokter perlu melakukan tes alergi, antara lain:

  • Tes kulit (skin prick test), dilakukan dengan menusukkan jarum ke kulit si Kecil dan memasukkan sampel telur ke dalam area tersebut. Jika anak mengalami alergi, akan timbul bentol di lokasi tusukan.

  • Tes darah, ini bertujuan untuk memeriksa kadar antibodi tertentu dalam darah yang terkait dengan reaksi alergi telur.

  • Tes tantangan makanan. Pada tes ini, dokter akan meminta si Kecil makan sedikit telur untuk melihat apakah muncul reaksi. Jika tidak muncul reaksi apa pun, porsi telur yang lebih besar akan diberikan untuk melihat munculnya tanda-tanda alergi. 

  • Tes eliminasi makanan. Dokter akan meminta Bunda untuk menghilangkan menu telur dari makanan dan mencatat semua makanan yang dikonsumsi setiap hari. Setelah itu, dokter akan melihat apakah gejala yang dialami si Kecil dapat mereda. 

Apakah Alergi Telur pada Anak Bisa Disembuhkan?

Bunda tak perlu khawatir karena kejadian alergi dapat berkurang dan menghilang total seiring bertambahnya usia si Kecil. Banyak anak yang sudah tidak lagi memiliki alergi ketika beranjak dewasa. 

Hal ini mungkin dapat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh anak yang makin kuat seiring usianya yang juga makin dewasa. Jadi, sistem imunnya sudah bisa bereaksi secara wajar ketika ada zat alergen yang masuk ke dalam tubuh.

Akan tetapi, Bunda perlu berkonsultasi dengan dokter guna melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah anak sudah sembuh dari alerginya atau belum. 

Baca Juga: Protein Hewani Terbaik untuk MPASI Bayi

Cara Mengatasi Alergi Telur pada Bayi

Saat melihat si Kecil terserang alergi telur untuk pertama kali, pasti Bunda merasa panik dan khawatir. Walaupun reaksi pertamanya terhadap alergi telur mungkin tampak ringan, bukan tidak mungkin selanjutnya akan bertambah berat. 

Nah, salah satu cara mengatasi alergi telur bisa dengan menghindari si Kecil dari telur dan makanan yang mengandung telur, seperti pasta dan mayones. Begitu pula bila Bunda yang masih menyusui bayi, hindari pula konsumsi telur apabila si Kecil memiliki riwayat alergi telur.

Selain itu, Bunda juga perlu berkonsultasi dengan dokter anak untuk memperoleh informasi seputar tindakan yang harus dilakukan, termasuk petunjuk tentang bagaimana menangani reaksi alergi bayi.

Pada anak dengan alergi telur ringan, dokter mungkin akan meresepkan obat pereda alergi jenis antihistamin. Obat ini dapat dikonsumsi sesaat setelah si Kecil mengalami reaksi alergi. Namun untuk kasus yang parah, misalnya anafilaksis, dokter akan memberikan suntikan epinephrine dan kortikosteroid.

Bila sedang makan di luar rumah seperti restoran, Bunda bisa coba untuk bertanya pada juru masak dan pramusaji apakah makanan tersebut mengandung telur atau tidak. 

Teliti pula membaca label keterangan pada kemasan makanan. Pada beberapa kasus, jumlah kandungan telur yang sedikit juga dapat memicu gejala alergi.

Untuk memenuhi kebutuhan protein harian, Bunda bisa memberikan si Kecil makanan tinggi protein selain telur, seperti daging sapi, ayam, tahu, tempe, atau ikan.

Bunda juga bisa konsultasi langsung dengan Pakar Alergi Kami untuk mengetahui pencegahan dan penanganan alergi telur yang tepat.

Semoga artikel ini membantu, ya!

 

Referensi tambahan:

  1. Clinic, C. (2023). Egg Allergy: Causes, Symptoms & Treatment - Cleveland Clinic. Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/25086-egg-allergy
  2. Egg allergy-Egg allergy - Symptoms & causes - Mayo Clinic. (2022). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/egg-allergy/symptoms-causes/syc-20372115
  3. Egg Allergy (for Parents) - Nemours KidsHealth. (2023). Kidshealth.org. https://kidshealth.org/en/parents/egg-allergy.html
  4. Egg Allergy | Causes, Symptoms & Treatment | ACAAI Public Website. (2022, April 13). ACAAI Public Website. https://acaai.org/allergies/allergic-conditions/food/egg/

Artikel Terpopuler