Facebook Pixel Code Gejala DBD pada Anak, Pengobatan, dan Pencegahannya

Gejala DBD pada Anak, Pengobatan, dan Pencegahannya

Gejala DBD pada Anak, Pengobatan, dan Pencegahannya

 

DBD adalah salah satu jenis penyakit pada anak yang membuat banyak orang tua khawatir. Pasalnya, DBD pada anak dapat berakibat fatal apabila tidak terdiagnosis atau mendapatkan penanganan dari dokter. 

Untuk membahas lebih jauh soal gejala DBD pada anak, fase penularannya, serta cara mengobati dan mencegahnya, simak artikel ini selengkapnya, ya, Bun.

Cara Penularan DBD

DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah sebuah penyakit yang diakibatkan oleh virus dengue. 

Virus dengue tidak bisa menular antar satu manusia dengan manusia lain secara langsung. Virus ini ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. 

Ketika nyamuk aedes aegypti menggigit si Kecil, virus berpindah ke dalam tubuh melalui cairan ludah yang dimasukkan ke luka gigitan di kulit. 

Dari situ virus akan masuk ke dalam aliran darah. Virus kemudian menempel pada sel darah putih dalam tubuh si Kecil dan pelan-pelan menginfeksinya sembari diedarkan ke seluruh tubuh hingga memunculkan gejala.

Menariknya, nyamuk aedes aegypti  lebih sering menyerang pada siang hari, tidak seperti nyamuk-nyamuk lain yang biasanya menggigit pada pagi dan sore menjelang malam.

Nah, pada satu waktu, nyamuk ini suka menggigit berulang-ulang kemudian berpindah-pindah  dari orang satu ke orang lain. Inilah alasan di satu daerah dapat terjadi wabah DBD. 

Oh iya, nyamuk aedes aegypti sangat mudah berkembang biak di genangan air, di daerah yang beriklim hangat, tropis, dan lembap. Hal ini membuat kasus DBD akan lebih sering terjadi saat musim hujan.

Gejala DBD pada Anak

Masa inkubasi penyakit ini terjadi dalam 3-14 hari setelah gigitan. Namun, gejala demam berdarah pada anak biasanya sudah mulai terlihat pada hari ke-4 hingga ke-7 setelah gigitan.

Demam berdarah pada anak biasanya dimulai dengan gejala penyakit seperti virus flu. Memang sulit untuk mengetahui apakah si Kecil terkena DBD, kareba beberapa gejalanya mirip dengan penyakit umum yang terjadi pada anak-anak.

Berikut ini gejala umum DBD pada anak yang perlu Bunda waspadai: 

  • Demam tinggi.

  • Lebih rewel dari biasanya.

  • Sulit tidur.

  • Menolak untuk makan.

  • Sering menangis dari biasanya.

  • Perdarahan dari gusi atau hidung.

  • Kulit timbul bintik-bintik merah.

  • Muntah.

Anak-anak dan orang yang belum pernah terinfeksi DBD sebelumnya cenderung mengalami gejala yang lebih ringan. Namun, jika imun anak lemah dan sebelumnya pernah terkena DBD, gejala yang muncul dapat lebih berat.

Baca Juga: 9 Cara Alami Mengatasi Hidung Tersumbat pada Anak di Rumah

Fase Demam Berdarah pada Anak

Kemunculan gejala pada penyakit DBD dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan. Melansir dari IDAI, berikut ini penjelasan fase demam berdarah pada anak:

1. Fase Demam

Gejala DBD dimulai dari demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2 sampai 7 hari.

Pada fase ini, demam tinggi dapat disertai keluhan sakit kepala, nyeri otot dan sendi (pegal atau ngilu otot dipakai bergerak), serta munculnya bintik-bintik merah di kulit. 

Selain itu, fase demam juga biasanya disertai dengan nafsu makan anak berkurang, gampang merasa mual, dan muntah.

Jika Bunda mencurigai anak sedang dalam fase demam DBD, segera bawa si Kecil periksa darah di laboratorium untuk mengecek adanya penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit. Sebab jika dilihat dari gejala luarnya saja, bisa akan sulit untuk menentukan apakah ini gejala DBD atau penyakit lain.

2. Fase Kritis

Fase kritis bisa terjadi 4 sampai 6 hari sejak anak mengalami demam.Beberapa tanda bahaya yang perlu diwaspadai yaitu anak mengalami muntah terus-menerus, perdarahan dari hidung dan gusi, nyeri bagian perut, muntah darah, dan buang air besar berdarah. 

Suhu tubuh anak yang sedang dalam fase kritis biasanya akan menurun, terutama pada ujung lengan dan kaki. Bunda mungkin mengira si Kecil sudah mulai sembuh, karena suhunya seolah sudah “kembali normal”.

Padahal penurunan suhu ini justru menandakan syok dan penurunan jumlah trombosit yang berbahaya. Anak akan terlihat lebih lemas, bahkan mungkin mengalami penurunan kesadaran.

3. Fase Pemulihan

Terakhir adalah fase pemulihan yang terjadi dalam waktu 48-72 jam setelah demam turun. Fase ini juga biasanya disertai tanda-tanda perbaikkan pada si Kecil, seperti nafsu makan membaik, anak terlihat lebih ceria, buang air kecil cukup atau lebih banyak dari biasanya. 

Fase pemulihan juga bisa dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium, yaitu nilai hematokrit yang berada dalam batas normal, dan jumlah trombosit juga mengalami peningkatan secara cepat hingga menuju rentang yang normal.

Apakah DBD pada Anak Berbahaya?

Umumnya, anak yang terkena DBD dan mendapatkan perawatan yang dibutuhkan akan sembuh dalam waktu seminggu atau lebih. 

Namun, pada beberapa kasus, gejala DBD dapat dengan cepat memburuk dan bahkan berakibat fatal. Kondisi ini disebut dengue berat atau sindrom syok dengue.

Kasus ini sebetulnya jarang terjadi. Hanya 1 dari 20 orang yang sakit demam berdarah mengalami syok dengue berat. Tapi, anak yang pernah menderita DBD sebelumnya berisiko lebih tinggi mengalami sindrom syok dengue.

Sindrom syok dengue terjadi ketika pembuluh darah rusak dan bocor. Jumlah trombosit dalam aliran darah mengalami penurunan, sehingga bisa menyebabkan syok, perdarahan internal, kegagalan organ, bahkan kematian.

Gejala demam berdarah parah yang perlu Bunda waspadai, antara lain:

  • Sakit perut yang parah.

  • Muntah terus-menerus.

  • Perdarahan di gusi atau hidung.

  • Perdarahan di bawah kulit, yang terlihat seperti memar.

  • Sulit bernapas atau terengah-engah.

  • Kelelahan.

  • Mudah marah atau gelisah.

Apabila si Kecil memiliki tanda-tanda seperti di atas, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis secepatnya, Bun.

Baca Juga: Penanganan Diare pada Anak

Langkah Penanganan Demam Berdarah pada Anak 

Pada dasarnya, tidak ada antivirus atau obat khusus yang berdiri sendiri untuk mengobati DBD. Akan tetapi, Bunda bisa melakukan cara ini untuk mengatasi gejala DBD yang timbul pada anak, seperti:

  • Memberikan paracetamol yang diresepkan dokter untuk menurunkan demam anak.

  • Tempelkan kompres hangat pada dahi, bagian lipatan ketiak, dan lipat selangkangan selama 10-15 menit untuk menurunkan panas.

  • Biarkan anak banyak tidur agar istirahat cukup. Usahakan anak tetap pada jadwal tidurnya.

  • Pastikan memenuhi kebutuhan cairannya untuk menghindari dehidrasi. Berikan susu, jus buah (misalnya jus jambu), cairan elektrolit isotonik, dan air beras (air tajin).

  • Berikan makanan yang sehat dan bergizi. Sebab, pola makan yang sehat dan tidur yang cukup akan membantu sistem kekebalan tubuh anak.

Hindari penggunaan ibuprofen atau obat antiinflamasi lainnya kepada anak untuk mengobati gejala DBD. Sebab, DBD menurunkan kadar trombosit dalam darah dan bisa menyebabkan perdarahan.

Pemberian ibuprofen dan anti peradangan lain bisa membuat penyakitnya makin buruk. Oleh karena itu, untuk mendapatkan obat yang tepat, sebaiknya Bunda konsultasi dulu ke dokter.

Cara Mencegah DBD pada Anak

Tentunya, melakukan pencegahan penyakit lebih baik daripada mengobati. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar si Kecil maupun keluarga di rumah terhindar dari gigitan nyamuk yang membawa virus dengue. Berikut adalah cara mencegah penyakit DBD:

  1. Singkirkan benda yang dapat menampung air, seperti mug, ember, baskom, dan pot. Sebab, air yang menggenang pada benda tersebut bisa menjadi sarang nyamuk.

  2. Rutin menguras wastafel dan bak mandi, untuk menghindari jentik-jentik nyamuk.

  3. Gunakan kelambu saat tidur, bahkan di siang hari. Penggunaan kelambu bisa menjadi alternatif yang aman dibanding memakai penyemprot nyamuk.

  4. Oleskan krim pengusir nyamuk pada kulit terbuka (kecuali muka), tapi pastikan dulu kandungan dalam krim aman untuk anak-anak.

  5. Rajin membersihkan tubuh karena bau badan dipercaya dapat menarik nyamuk.

  6. Memasang kasa pada kusen jendela dan pintu untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah.

  7. Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada tempat penampungan air yang sulit atau jarang dibersihkan seperti bak mandi atau gentong. 

  8. Tenang Bunda, bubuk ini aman bagi manusia dan hewan lain namun efektif membunuh jentik-jentik nyamuk sehingga dapat meminimalisir penyebaran penyakit DBD. 

  9. Apabila memiliki aquarium, kolam ikan hias, atau genangan air yang sulit dikeringkan, pastikan diisi dengan beberapa ikan pemangsa jentik nyamuk seperti ikan cupang, ikan kepala timah, ikan cere,  atau ikan nila merah.

  10. Kurangi waktu di luar rumah saat musim hujan. Bunda bisa mengajak si Kecil bermain di dalam rumah, misalnya mewarnai, bermain puzzle, menyusun balok, atau mainan edukasi lainnya.

Itu dia penjelasan mengenai DBD pada anak, mulai dari gejala, fase, cara mengobati, serta cara mencegahnya. Semoga artikel ini membantu si Kecil selalu sehat!

Kalau Bunda punya pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu menghubungi Sahabat Bunda Generasi Maju, ya. Kami siap menjawab pertanyaan Bunda seputar kondisi kesehatan si Kecil selama 24/7. Tak hanya itu, Bunda juga dapat menanyakan berbagai hal lain terkait pengasuhan si Kecil seperti nutrisi dan stimulasi tumbuh kembang, bahkan proses kehamilan juga menyusui.  Yuk, hubungi Sahabat Bunda Generasi Maju sekarang!

Jangan ketinggalan juga bergabung di Klub Generasi Maju segera untuk dapatkan akses istimewa ke berbagai artikel terbaru seputar kesehatan anak ya, Bun. Gratis!

 

Referensi: 

  1. ‌IKAN PEMAKAN JENTIK - dkk.sukoharjokab.go.id :: DKK Sukoharjo - Sukoharjo Makmur. (2017). Sukoharjokab.go.id. https://dkk.sukoharjokab.go.id/read/ikan-pemakan-jentik

Artikel Terpopuler

Website ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapat pengalaman terbaik di dalam website kami. Pelajari lebih lanjut

call center bebeclub
foto careline