Facebook Pixel Code Gejala Intoleransi Laktosa pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Gejala Intoleransi Laktosa pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Gejala Intoleransi Laktosa pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber makanan utama untuk bayi dalam masa tumbuh kembang emasnya. Akan tetapi, beberapa bayi dapat memiliki kondisi yang bernama intoleransi laktosa. Kondisi ini dapat membuat bayi menangis lebih keras dari biasanya karena mengalami sakit perut, dan enggan untuk tidur atau menyusu. Apa ciri ciri bayi mengalami intoleransi laktosa dan bagaimana cara mengatasi kondisi ini pada bayi? Sebelumnya, yuk cari tahu dulu apa itu intoleransi laktosa pada bayi.

Apa Itu Intoleransi Laktosa?

Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan pada bayi karena tubuhnya tidak mampu mencerna kandungan laktosa di dalam susu.

Laktosa terkandung dalam susu dan produk olahannya yang biasa ditambahkan ke dalam MPASI, seperti yogurt, keju, dan mentega (butter). Laktosa juga terdapat dalam ASI, dan bahkan kadarnya hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), intoleransi dapat terjadi karena tubuh bayi tidak dapat memproduksi enzim laktase yang cukup untuk mencerna laktosa. Maka ketika tubuh tidak memiliki cukup enzim ini, laktosa tidak dapat dipecah secara optimal di dalam usus halus.

Normalnya, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Keduanya ibarat potongan kecil-kecil laktosa yang mudah dicerna dan siap diedarkan ke pembuluh darah sebagai nutrisi penting untuk tumbuh kembang si Kecil.

Pada bayi dengan intoleransi laktosa, kandungan laktosa tidak bisa dipecah sehingga menghambat penyerapan nutrisi. Kondisi ini juga dapat memunculkan berbagai gejala yang membuat bayi tidak nyaman dan rewel setelah minum ASI atau makan MPASI yang diolah dari susu. 

Intoleransi laktosa itu sendiri ada banyak jenisnya, Bun, yakni:

  • Intoleransi Laktosa Primer: diakibatkan produksi laktase yang menurun seiring bertambahnya usia. Jenis ini dipengaruhi oleh faktor genetik turunan dari orang tua.

  • Intoleransi Laktosa Sekunder: dipicu oleh gangguan pencernaan tertentu yang menyebabkan penurunan produksi laktase dan biasanya sudah lebih dulu dialami si Kecil. Misalnya penyakit Celiac, infeksi usus, infeksi bakteri, dan penyakit Crohn. Produksi kadar laktase dapat kembali normal apabila penyakit pencernaan yang dialami si Kecil berangsur pulih. 

  • Intoleransi Laktosa Bawaan: bayi yang terlahir dengan kondisi ini memiliki sangat sedikit enzim laktase atau bahkan tidak memilikinya sama sekali. Akibatnya, anak tidak bisa minum ASI sama sekali. Ini merupakan kelainan genetik yang diturunkan dari kedua orang tua.

Seperti Apa Ciri-Ciri Intoleransi Laktosa pada Bayi?

Ciri-ciri intoleransi laktosa biasanya muncul dalam waktu 30 menit sampai 2 jam setelah minum  susu atau makan makanan pendamping ASI (MPASI) yang mengandung laktosa.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri intoleransi laktosa pada bayi yang umum dialami:

  • Sakit dan perut kembung karena banyak gas.

  • Susah minum susu atau makan (untuk bayi yang sudah menerima MPASI).

  • Berat badan tidak kunjung bertambah.

  • Diare.

  • Feses menggumpal, berbusa, dan berair.

  • Feses beraroma asam.

  • Bayi buang angin terus menerus atau bersendawa karena banyak angin.

  • Menangis saat buang air besar.

  • Muntah.

  • Bayi menangis dan rewel.

Apabila menemukan salah satu atau lebih dari tanda-tanda di atas, Bunda bisa langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis anak. Dengan demikian, dokter dapat membantu Bunda menerapkan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi si Kecil.

Baca Juga: Ciri-Ciri Alergi Susu Sapi pada Anak dan Cara Mengatasinya

Bagaimana Cara Mengetahui Bayi Memiliki Intoleransi Laktosa?

Cara terbaik untuk mengetahui apakah gejala yang dialami bayi adalah intoleransi laktosa atau bukan hanya lewat pemeriksaan medis. Jadi, jangan ragu berkonsultasi ke dokter jika Bunda memiliki kekhawatiran atas kondisi ini, ya!

Beberapa tes yang biasanya digunakan untuk mendiagnosis intoleransi laktosa pada bayi adalah:

  • Tes napas hidrogen. Tes ini dilakukan untuk mengukur tingkat hidrogen pada napas si Kecil ketika ia telah mengonsumsi minuman yang mengandung laktosa. Saat laktosa bisa dicerna dengan baik, kadar hidrogennya akan rendah. Namun, jika laktosa tidak dapat dicerna dengan optimal, akan terjadi peningkatan kadar hidrogen. Inilah yang menandakan kalau bayi mengalami intoleransi laktosa.

  • Pemeriksaan feses. Dokter juga akan memeriksa tingkat keasaman pada feses bayi. Dokter akan melakukan pemeriksaan ini jika seandainya tes napas hidrogen tidak mungkin dilakukan oleh bayi. Pada tes ini, dokter akan menelaah feses bayi secara detail. Feses yang bersifat asam (pH rendah) menandakan pencernaan bayi tidak dapat menyerap laktosa. 

  • Tes toleransi laktosa. Ini merupakan tes darah untuk mengukur kadar glukosa dalam darah. Anak Bunda akan diminta untuk mengonsumsi minuman tinggi laktosa (gula). Setelah itu, 2 jam setelahnya, dokter akan melakukan tes darah untuk mengukur kadar glukosa dalam darah pasien. Jika kadar glukosa dalam darah tidak meningkat, artinya tubuh pasien tidak dapat menyerap laktosa dengan baik.

Selain itu, dokter mungkin akan memberikan suplemen enzim laktase agar tubuh bayi bisa mencerna laktosa.

Adakah Risiko Komplikasi yang Mungkin Dialami Bayi?

Mengutip dari University of Rochester Medical Center, intoleransi laktosa umumnya tidak menimbulkan komplikasi serius. Namun, bila tidak ditangani dengan baik, ada kemungkinan risiko komplikasi yang dapat dialami si Kecil dalam masa tumbuh kembangnya, seperti:

  • Osteopenia, yakni kepadatan tulang di bawah rata-rata dan memperbesar kemungkinan osteoporosis.

  • Osteoporosis adalah kondisi ketika kepadatan tulang mulai berkurang dan lemah, sehingga meningkatkan risiko tulang retak atau patah.

  • Malnutrisi, karena si Kecil tidak mendapatkan beberapa nutrisi penting dari produk susu.

  • Berat badan tidak meningkat, sehingga meningkatkan risiko osteoporosis di masa mendatang.

Namun, tenang, karena selalu ada cara untuk menekan risiko itu agar tidak terjadi pada bayi Bunda dengan melakukan penanganan yang tepat.

Cara Menangani Intoleransi Laktosa pada Bayi

Perlu diketahui, Bun, hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan intoleransi laktosa. Kondisi ini hanya bisa dikendalikan melalui gejala dan faktor pemicunya. Lalu, apa saja penanganan intoleransi laktosa yang bisa diberikan pada bayi? 

1. Memperbanyak Asupan Kalsium dan Vitamin D Selain dari Produk Susu

Bagi bayi yang sudah menerima MPASI, tubuhnya tentu membutuhkan vitamin D untuk menyerap kalsium yang didapat dari makanan. Jadi, pastikan si Kecil juga mencukupi kebutuhan vitamin D hariannya, ya Bun!

Sumber vitamin D memang banyak terkandung dalam susu, tapi untuk bayi yang tidak cocok dengan susu bisa mendapatkan asupan vitamin D dan kalsium dari hati, tahu, tempe, ikan sarden, sayuran berdaun hijau (bayam, pokchoy, brokoli, sawi hijau), roti, jus buah-buahan, atau yogurt yang mengandung vitamin D. 

Agar produksi vitamin D dalam tubuh tetap lancar, Bunda dan si Kecil juga dapat rutin berjemur sinar matahari di pagi hari.

2. Gunakan Produk dengan Protein Nabati

Bayi yang memiliki intoleransi laktosa tidak bisa mencerna laktosa dalam susu. Termasuk ketika susu diolah menjadi makanan padat pendamping ASI.

Jadi, ia akan membutuhkan asupan nutrisi lain yang sama sekali tidak mengandung laktosa sama sekali. Contohnya seperti produk susu yang berlabel bebas laktosa (lactose-free) dan kedelai.

Akan tetapi, penting untuk Bunda konsultasi dulu ke dokter anak jika ingin memberikan susu soya untuk bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. Susu kedelai umumnya tidak dianjurkan untuk bayi di bawah 6 bulan karena mengandung hormon yang dapat mengganggu perkembangan fisiknya di kemudian hari.

Terlepas dari apa pun yang akan Bunda berikan kepada bayi, akan lebih baik untuk selalu membicarakannya dulu dengan dokter guna memastikan keamanannya, ya.

Baca Juga: Susu Pertumbuhan Soya, Salah Satu Pilihan Nutrisi untuk Anak Alergi Susu Sapi

Nah, itu dia ciri-ciri intoleransi laktosa dan pertolongan pertama penanganannya pada bayi. Jadi, jangan terlalu cemas ya, Bun. Karena, selalu ada solusi terbaik agar tumbuh kembang si Kecil selalu berjalan optimal. 

Yuk, Bun, terus pantau tumbuh kembang bayi dari bulan ke bulan secara berkala lewat Grafik Pertumbuhan Anak. Bunda bisa menggunakan tools ini untuk memastikan status gizi bayi dan pertumbuhannya sudah tepat sesuai usianya atau belum, juga untuk mengetahui apakah ada risiko gangguan pertumbuhan pada si Kecil yang bisa dikonsultasikan ke dokter.

 

Referensi:

  1. Lactose intolerance - Symptoms and causes. (2020). Retrieved 24 September 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lactose-intolerance/symptoms-causes/syc-20374232#:~:text=The%20signs%20and%20symptoms%20of,Nausea%2C%20and%20sometimes%2C%20vomiting
    Lactose Intolerance in Infants & Children: Parent FAQs. (2020). Retrieved 24 September 2020, from https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Lactose-Intolerance-in-Children.aspx
  2. Intoleransi Laktosa. (2012). Retrieved 24 September 2020, from https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/intoleransi-laktosa
    Lactose intolerance in babies . (2020). Retrieved 24 September 2020, from https://healthywa.wa.gov.au/Articles/J_M/Lactose-intolerance-in-babies
  3. Lactose Intolerance in Children - Health Encyclopedia - University of Rochester Medical Center. (2020).Retrieved 24 September 2020, from https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=90&contentid=p02003
    Complications of lactose intolerance - HSE.ie. (2020). Retrieved 24 September 2020, from https://www.hse.ie/eng/health/az/l/lactose-intolerance/complications-of-lactose-intolerance.html
  4. NHS. https://www.nhs.uk/conditions/lactose-intolerance/treatment/. Diakses pada 18 November 2022.
    Healthline. https://www.healthline.com/nutrition/lactose-intolerance-101. Diakses pada 18 November 2022.
  5. Health Cleveland Clinic. https://health.clevelandclinic.org/5-cant-miss-signs-child-lactose-intolerant/. Diakses pada 18 November 2022.
     

Artikel Terpopuler

Website ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapat pengalaman terbaik di dalam website kami. Pelajari lebih lanjut