Facebook Pixel Code Benarkah Alergi dan Faktor Keturunan Memiliki Keterkaitan?

Benarkah Alergi

Benarkah Alergi

Oleh: dr. Giovanni Gilberta
 

Respons alergi adalah suatu reaksi berlebihan terhadap paparan makanan atau lingkungan yang umumnya tidak dapat menimbulkan reaksi pada sebagian besar orang. Alergen – zat yang mencetuskan alergi, dapat berupa asap rokok, polusi, virus, makanan, dan sebagainya.

Reaksi alergi dapat berupa gatal dan kemerahan pada kulit, mata merah, hidung berair, dan lain-lain.1 Alergi merupakan penyakit yang bersifat multifaktorial. Salah satunya adalah riwayat keluarga atau faktor keturunan.2

Risiko anak mengalami alergi jika kedua orang tua tidak memiliki riwayat alergi hanya sebesar 5-15%. Risiko bisa meningkat menjadi 25-30% jika ada saudara dengan riwayat alergi, 20-30% apabila salah satu orang tua memiliki riwayat alergi, 40-60% jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi, hingga 60-80% apabila kedua orang tua memiliki manifestasi yang sama.3

Beberapa penelitian menunjukkan peran faktor genetik atau keturunan terhadap terjadinya alergi pada anak. Namun, zat pencetus alergi pada Bunda belum tentu juga dapat menimbulkan reaksi alergi pada anak. Sebagai contoh, apabila Bunda alergi terhadap putih telur, anak belum tentu juga alergi terhadap jenis makanan yang sama.6

Untuk meminimalkan gejala yang dapat timbul akibat penyakit alergi pada anak, orang tua dapat melakukan pencegahan sebagai berikut: 3,7

  1. Penentuan risiko alergi dengan kartu deteksi risiko alergi di bawah ini

Keluarga

Ayah

Ibu

Saudara Kandung

Nilai Keluarga

Nilai

       

Nilai 0: Tidak ditemukan riwayat alergi

Nilai 1: Diduga pernah terkena alergi

Nilai 2: Pernah dinyatakan alergi oleh petugas kesehatan

Nilai Keluarga

Tingkat Risiko

0

Kecil (5-15%)

1-3

Sedang (20-40%)

4-6

Tinggi (40-60%)

Jika buah hati tergolong risiko alergi sedang atau tinggi, segera konsultasikan ke dokter.

  1. Pemberian ASI eksklusif setidaknya 6 bulan.

  2. Pemberian makanan padat dimulai pada usia 4-6 bulan, dilakukan secara bertahap sesuai usia.

Mengurangi pajanan asap rokok saat kehamilan dan sesudah kelahiran.
Jadi bila buah hati Bunda mengalami alergi, hal yang patut diperhatikan Bunda ialah penerapan 3K: Kenali, Konsultasi, dan Kendalikan gejala alergi. Bila Bunda sudah mengenali gejala alergi pada buah hati, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan saran nutrisi yang tepat, lalu kendalikanlah dengan memberikan nutrisi tepat.

Reference:

  1. Kliegman R, Stanton B, St. Geme J, Schor N, Nelson W. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2016.

  2. O'Connell E. Pediatric Allergy: A Brief Review of Risk Factors Associated With Developing Allergic Disease in Childhood. Annals of Allergy, Asthma & Immunology. 2003;90(6):53-58.

  3. Johansson SGO, Haahtela T.Allergy Clin Immunol Int – J World Allergy Org
    2004;16:176–185 Zeiger RZ. Pediatrics 2003. 1662-71 Muche-Borowki C, dkk. Deutsch Arztebl Int 2009; 106: 625-31
    Anggraeni M, Wati KDK , Paediatr Indones 2015, In press Koning H, Baert MRM, Oranje AP, Savelkoul HFJ, Neijens HJ.Pediatric Research 1996;40:363–375

  4. Meng S, Gao R, Yan B, Ren J, Wu F, Chen P et al. Maternal Allergic Disease History Affects Childhood Allergy Development Through Impairment of Neonatal Regulatory T-Cells. Respiratory Research. 2016;17(1):1-11.

  5.  Raby B, Van Steen K, Celedón J, Litonjua A, Lange C, Weiss S. Paternal History of Asthma and Airway Responsiveness in Children with Asthma. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. 2005;172(5):552-558.

  6. Cook-Mills J. Maternal Influences over Offspring Allergic Responses. Current Allergy and Asthma Reports. 2015;15(2).

  7. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Pencegahan Primer Alergi. Jakarta: IDAI; 2015.

Artikel Terpopuler