Facebook Pixel Code Jenis Tes untuk Mengetahui Status Alergi Anak - SGM Soya

Tes Alergi

Tes Alergi

Penulis : dr Jesica Chintia Dewi

Sistem imun anak masih terus berkembang dan belum matang. Karena itu, seorang anak rentan sekali untuk terpapar alergen (senyawa atau bahan yang menimbulkan reaksi alergi pada anak). 

Alergen yang dapat menimbulkan alergi pada anak dapat berupa asupan seperti susu sapi, susu kambing, kacang, dan makanan laut. Selain itu, alergen bisa berupa zat atau senyawa yang terhirup seperti debu, serbuk bunga, asap polusi atau asap rokok, bulu binatang, zat atau obat yang disuntikkan ke dalam tubuh atau diminum seperti antibiotik (umumnya antibiotik jenis penisilin), ataupun senyawa yang terkontak langsung dengan kulit.

Berikut berbagai jenis alergi yang kerap terjadi pada anak:

  1. Alergi makanan

Alergi makanan menjadi alergi yang paling sering dialami anak-anak. Makanan yang biasanya menyebabkan alergi pada anak antara lain kacang-kacangan (Walnut, kacang kedelai, dan kacang tanah), telur, susu sapi atau susu kambing, ikan, udang, dan kerang.

Gejala yang mungkin timbul dapat berupa gangguan pada sistem pencernaan (nyeri perut, diare, perut kembung dan muntah), gejala pada pernapasan (kesulitan bernafas, napas berbunyi, batuk, nyeri pada tenggorokan sampai terasa tercekik), gejala pada kulit (gatal-gatal serta kemerahan pada kulit, urtikaria, atau bentol), gejala pada mata (bengkak pada mata, kemerahan, dan gatal), bengkak pada bibir (angioedema). Jika reaksi yang ditimbulkan lebih parah, akan timbul gejala anafilaksis.

  1. Alergi obat

Berikut ini beberapa obat yang umum mencetuskan reaksi alergi:

  • Antibiotik (amoksilin, penisilin, golongan sulfa)
  • Antikonvulsan atau anti kejang
  • Analgesik dan antipiretik (aspirin, ibuprofen dan NSAID atau nonsteroid anti-inflamasi drugs)
  • Obat kemoterapi

Reaksi alergi tergantung dari seberapa berat atau ringannya reaksi imun terhadap reaksi alergi obat. Reaksi alergi yang timbul biasanya berupa gejala kemerahan pada kulit, gatal, bengkak pada mata atau bibir (angioedema), sesak napas, pusing, muntah, dan gejala yang terberat adalah timbulnya reaksi anafilaksis.

  1. Rhinitis Alergi

Rhinitis alergi bersifat genetik atau keturunan. Reaksi ini timbul akibat mata atau hidung kontak dengan alergen yang menyebabkan reaksi alergi. Alergen yang dapat menyebabkan reaksi rhinitis alergi antara lain debu, asap, bulu binatang, serbuk bunga maupun udara terlalu dingin. Rhinitis alergi biasanya timbul pada pagi hari, hal ini disebabkan suhu pagi hari lebih rendah.

Gejala yang mungkin timbul mirip gejala flu seperti bersin-bersin, hidung tersumbat dan berair, mata sembap, gatal, berair dan kemerahan pada mata.

  1. Asma

Asma pada anak biasanya berupa genetik atau keturunan. Pada penderita asma, akan ditemukan:

  • Kelainan ekspirasi. Pada penderita asma, ekspirasi (mengeluarkan udara napas) akan lebih panjang dibandingkan anak yang bukan penderita asma.
  • Timbulnya gejala pernapasan seperti napas berbunyi (wheezing) saat membuang napas, napas pendek-pendek, sesak saat bernapas, dan batuk berulang terutama saat malam hari.

Asma yang terjadi pada anak dapat disebabkan berbagai faktor, terutama polutan seperti asap kendaraan, asap rokok, debu, maupun bulu binatang.

  1. Atopik Eksema

Anak yang memiiliki eksema biasanya disebabkan keturunan dari orang tuanya. Eksema pada anak biasanya dicetuskan karena keringat berlebih, alergi makanan maupun perubahan lingkungan (cuaca).

Gejalanya berupa kemerahan, kulit kering, terdapat bekas garukan. Jika tidak segera ditangani, gejala mungkin akan menyebabkan infeksi sekunder pada luka bekas garukan.

  1. Anafilaksis

Anafilaksis merupakan gejala terberat dari berbagai reaksi alergi yang paling membahayakan bila tidak segera ditangani. Gejalanya bisa ringan sampai berat, di antaranya sesak napas, kesulitan bernapas, dada terasa seperti ditekan, bengkak pada saluran pernapasan, muntah hebat, diare, nyeri pada bagian perut, tekanan darah rendah, detak jantung meningkat, anggota gerak terasa dingin dan pucat, sampai gagal jantung.

Apabila anak mempunyai riwayat asma atau alergi lainnya, baik alergi obat maupun makanan, Bunda sebaiknya berhati-hati. Ini karena anak kemungkinan akan mengalami reaksi anafilaksis ketika terpapar alergen.

Untuk mengurangi terjadinya alergi pada anak, melakukan tes alergi cukup penting untuk mengidentifikasi senyawa yang menyebabkan alergi pada anak. Seperti Prick Test atau tes gores pada kulit. Bisa juga dilakukan tes darah untuk menilai kadar IgE dalam darah yang dapat mengidentifikasi secara spesifik senyawa apa yang dapat menimbulkan alergi.

Tes diperlukan anak yang memiliki riwayat alergi sebelumnya seperti rhinitis alergi, asma, alergi makanan, dan alergi obat. Bahan atau senyawa yang dites adalah senyawa yang dicurigai alergen seperti debu rumah, tungai, sampel makanan yang dicurigai menimbulkan alergi, bulu binatang, serta obat.

Berikut beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi alergi pada anak:

  1. Test Prick kulit

    Tes ini paling sering dilakukan dokter untuk menentukan alergen pada anak karena hasilnya sangat cepat dan mudah untuk dilakukan. Pertama, bersihkan tangan yang akan dilakukan penggoresan dengan menggunakan alkohol, kemudian senyawa yang dicurigai sebagai alergen digoreskan ke kulit dan diberi nomor. Setiap nomor menunjukkan senyawa alergen yang berbeda-beda, kemudian tunggu sekitar 15-20 menit. 

    Secara normal, akan timbul bentol kemerahan jika anak alergi terhadap alergen tersebut. Bentol yang timbul akan hilang dengan sendirinya setelah 1-2 jam test berlangsung. Namun, apabila bentol tidak kunjung hilang, Bunda dapat memberikan antihistamine tentunya atas saran dokter.

  2. Tes kulit lainnya

    Tes ini dinamakan injeksi intradermal dengan menyuntikan bahan yang dicurigai sebagai alergen (tentunya tidak dapat dilakukan untuk alergen udara maupun makanan). Tes ini hanya dapat dilakukan untuk alergen obat (antibiotik) dan racun serangga. Tes ini menimbulkan rasa tidak nyaman di kulit dibandingkan prick test.

  3. Tes Darah (khusus alergi yang spesifik terhadap kenaikan IgE)

    Ini merupakan tes paling spesifik dalam menentukan senyawa yang menimbulkan alergi. Namun, tes ini tidak dapat dilakukan pada anak dengan eksema berat atau anak yang menderita alergi dan telah meminum antihistamin atau anti-alergi.

  4. Tes total IgE

    Dalam tes darah, total IgE pada penderita alergi dapat meningkat. Namun, total IgE tidak spesifik menunjukkan alergen karena dapat meningkat pada pasien dengan eksema, infeksi parasit, dan kondisi medis lainnya.

  5. Tes darah total eosinophil

    Eosinophil merupakan sel darah putih yang bertugas melawan infeksi parasit dan cacing. Namun, ini dapat juga meningkat pada pasien dengan rhinitis alergi, asma, dan eksema.

  6. Test Patch

    Test patch atau tes tempel spesifik untuk anak penderita dermatitis alergi kontak, misalnya alergi terhadap logam dan kosmetik. Tempelkan bahan alergen dengan menggunakan stiker hipoalergi dan jaga agar tetap kering. Setelah 24-48 jam akan muncul gejala alergi seperti gatal dan kemerahan pada area yang ditempelkan bahan alergen.

  7. Tes paparan terhadap alergen secara oral

    Ini merupakan tes yang paling akhir dilakukan apabila tes sebelumnya tidak menunjukkan hasil. Tes ini dengan sengaja memasukkan bahan yang dicurigai alergen ke dalam tubuh penderita (makanan maupun obat), tentunya dengan pengawasan tim medis).

Artikel Terpopuler