Facebook Pixel Code Efek Jangka Panjang dari Alergi

Efek Panjang Alergi

Efek Panjang Alergi

Oleh: dr. Fidelis Jacklyn Adella

Alergi seringnya bukan merupakan kondisi yang mengancam nyawa, bahkan bisa jadi derajatnya sangat ringan, dan biasanya dapat terkontrol setelah buah hati dikaji dokter. Meski demikian, sebaiknya Bunda tidak menganggap alergi sebagai sesuatu yang remeh. Gejala alergi yang tidak dikontrol atau gagal terkontrol dapat menimbulkan efek jangka panjang yang memengaruhi kehidupan buah hati, seperti ulasan di bawah ini:

Gangguan Psikologis Anak

Meskipun ringan, alergi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan gangguan psikologis pada anak. Ini karena respons anak berbeda-beda terhadap kejadian terkait alergi yang menimpanya. Antisipasi akan timbulnya reaksi alergi dapat menimbulkan kecemasan pada anak terutama bila reaksi alergi tersebut berat atau sering muncul.

Terdapat juga kemungkinan buah hati Bunda sulit beradaptasi atau bersosialisasi di sekolah bila alerginya terlalu membatasi aktivitas. Bisa jadi juga buah hati cemas akan tanggapan teman-temannya terhadap dirinya.1 Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin kecemasan tersebut dapat berubah menjadi gangguan mood.

Penyakit Lain Akibat Peradangan Menahun

Peradangan merupakan manifestasi dari alergi. Jika hal ini terjadi terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, dapat terjadi perubahan fungsi dan/atau struktur pada organ yang meradang (baik itu jalan napas, kulit, atau yang lainnya). Salah satu contoh dari fenomena ini adalah polip pada hidung.

Polip hidung merupakan tonjolan pada bagian dalam hidung akibat peradangan lama dengan akibat sumbatan hidung, banyaknya lendir, risiko sinusitis, dan lain-lain.2 Contoh lain adalah perubahan struktur kulit dan keringnya kulit akibat dermatitis atopi yang tidak terkontrol, sehingga kulit lebih rentan penyakit.3,4

Turunnya Prestasi Anak

Gejala alergi yang tidak terkontrol, misalnya gatal-gatal, bersin, atau batuk jangka panjang dapat menyebabkan turunnya konsentrasi, baik secara langsung maupun tidak langsung lewat terganggunya tidur buah hati.5 Terganggunya tidur anak dalam jangka panjang juga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan lainnya, misalnya peningkatan risiko penyakit jantung dan obesitas.

Penurunan Fungsi Paru

Semua individu dengan asma memiliki risiko penurunan fungsi paru. Namun, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko tersebut. Saat ini diketahui anak laki-laki dengan gangguan fungsi paru pada masa kanak-kanak memiliki risiko lebih tinggi terganggunya pertumbuhan paru dan penurunan fungsi paru. Buah hati dengan asma yang persisten dan pertumbuhan paru terganggu berisiko mengalami gangguan paru saat dewasa.6

Gangguan Pertumbuhan

Pertumbuhan buah hati dapat terhambat akibat berbagai mekanisme tergantung jenis alerginya. Pada asma kronis, misalnya, bila cukup parah dan sering kambuh dapat mengganggu suplai oksigen tubuh anak.

Pada alergi makanan, pertumbuhan buah hati dapat terganggu secara langsung bila alerginya banyak dan jumlah makanan yang dapat dimakannya terbatas. Atau, bila tidak diedukasi dengan baik, buah hati yang cemas akan alergi makanannya dapat menjadi pemilih sehingga gizinya tidak bervariasi.7

Efek Jangka Panjang Obat Alergi

Pada dasarnya, semua obat yang diberikan dokter kepada anak telah melalui pertimbangan risk-and-benefit. Hal tersebut berarti keuntungan pemberian obat (redanya gejala alergi, kurangnya tingkat kekambuhan, kebebasan aktivitas anak) lebih besar dibandingkan kerugian pemberian obat (repotnya minum obat, efek samping obat).

Meski demikan, tentunya terdapat kemungkinan obat buah hati memiliki efek bila digunakan dalam jangka panjang.8-11 Tanyakan kepada dokter anak mengenai hal tersebut agar Bunda memiliki pemahaman akan pertimbangan dokter.

Prinsip penanganan alergi buah hati adalah dengan 3K: Kenali, Ketahui, dan Kendalikan. Apabila Bunda menduga buah hati mengalami gejala alergi, konsultasikan gejala tersebut ke dokter agar Bunda. Pemahaman menyeluruh dapat membantu Bunda melakukan penanganan tepat untuk buah hati.

Reference:

  1. Chang HY, Seo J-H, Kim HY, Kwon J-W, Kim B-J, Kim HB, dkk. Allergic Diseases in Preschoolers Are Associated With Psychological and Behavioural Problems. Allergy Asthma Immunol Res. 1 September 2013;5(5):315–21.
  2. Hsu J, Peters AT. Pathophysiology of chronic rhinosinusitis with nasal polyp. Am J Rhinol Allergy. Oktober 2011;25(5):285–90.
  3. New Insights into Atopic Dermatitis: Role of Skin Barrier and Immune Dysregulation [Internet]. [dikutip 18 Juni 2018]. Tersedia pada: https://www.jstage.jst.go.jp/article/allergolint/62/2/62_13-RAI-0564/_article/-char/ja/
  4. Zheng T, Yu J, Oh MH, Zhu Z. The Atopic March: Progression from Atopic Dermatitis to Allergic Rhinitis and Asthma. Allergy Asthma Immunol Res. 1 April 2011;3(2):67–73.
  5. Koinis-Mitchell D, Craig T, Esteban CA, Klein RB. Sleep and allergic disease: A summary of the literature and future directions for research. J Allergy Clin Immunol. Desember 2012;130(6):1275–81.
  6. McGeachie MJ, Yates KP, Zhou X, Guo F, Sternberg AL, Van Natta ML, dkk. Patterns of Growth and Decline in Lung Function in Persistent Childhood Asthma. N Engl J Med. 12 Mei 2016;374(19):1842–52.
  7. Mehta H, Groetch M, Wang J. Growth and Nutritional Concerns in Children with Food Allergy. Curr Opin Allergy Clin Immunol. Juni 2013;13(3):275–9.
  8. Greiner AN, Hellings PW, Rotiroti G, Scadding GK. Allergic rhinitis. The Lancet. 17 Desember 2011;378(9809):2112–22.
  9. Kelly HW, Sternberg AL, Lescher R, Fuhlbrigge AL, Williams P, Zeiger RS, dkk. Effect of Inhaled Glucocorticoids in Childhood on Adult Height. N Engl J Med. 6 September 2012;367(10):904–12.
  10. Coondoo A, Phiske M, Verma S, Lahiri K. Side-effects of topical steroids: a long overdue revisit. Indian Dermatol Online J. 2014;5(4):416.
  11. Oray M, Abu Samra K, Ebrahimiadib N, Meese H, Foster CS. Long-term side effects of glucocorticoids. Expert Opin Drug Saf. 2016;15(4):457–465.

Artikel Terpopuler