Facebook Pixel Code Alergi Protein pada Bayi: Penyebab, Ciri, Cara Mengatasi

Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasi Alergi Protein pada Bayi

Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasi Alergi Protein pada Bayi

 

Alergi protein adalah salah satu jenis alergi makanan yang umum. Lalu, apa penyebab, ciri, dan perawatan untuk bayi yang alergi terhadap protein? Simak selengkapnya di sini!

Apa itu Alergi Protein?

Alergi protein terjadi saat sistem imun tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap protein dari makanan yang bayi makan.

Protein adalah zat gizi yang penting untuk tumbuh kembang bayi. Namun pada beberapa bayi, sistem imunnya menganggap protein sebagai zat asing yang perlu dikeluarkan. 

Akibatnya, konsumsi makanan yang mengandung protein dapat memicu reaksi negatif pada tubuh.

Sebagian besar kasus alergi makanan dipengaruhi oleh faktor genetik. Jadi jika ada riwayat alergi makanan dalam keluarga, kemungkinan bayi memiliki alergi terhadap protein bisa lebih tinggi.

Penyebab Alergi Protein pada Bayi

Protein ada banyak jenisnya dan terdapat dalam banyak jenis makanan. Pemicu yang paling umum dilaporkan adalah protein dalam susu sapi dan protein kedelai.

Protein susu sapi paling sering dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada bayi dalam 6 bulan pertama kehidupan. 

Sekitar 3-4% bayi Indonesia yang usianya di bawah 1 tahun memiliki alergi terhadap susu sapi.

Protein kedelai menempati urutan kedua sebagai pemicu alergi pada bulan-bulan pertama kehidupan, terutama pada bayi dengan intoleransi laktosa

Selain itu, protein yang berasal dari gandum, jelai, ayam, putih telur, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, ubi putih, seafood (ikan, udang, dan kerang-kerangan), sampai protein dalam buah juga termasuk zat-zat alergen yang umum.

Lalu, bagaimana dengan ASI? Alergi terhadap protein ASI termasuk kasus yang jarang ditemukan. Faktanya, hanya dua atau tiga dari setiap seratus bayi ASI eksklusif menunjukkan reaksi alergi. 

Pada kasus bayi yang alergi ASI, pemicu utamanya adalah residu protein susu sapi yang dikonsumsi oleh Bunda. Bukan protein murni dari komposisi ASI itu sendiri.

Baca Juga: Ciri-Ciri Alergi Telur pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Gejala Alergi Protein pada Bayi

Alergi terhadap protein dikategorikan sebagai alergi pencernaan karena gejalanya cenderung berupa muntah dan diare. Gejala alergi pada protein juga bisa menyerang kulit dan pernapasan bayi.

Berikut adalah beberapa gejala alergi makanan yang umum pada bayi:

  • Kolik.
  • Eksim, ruam bersisik dan kasar di area pipi, dagu, dan kadang bisa menyebar ke lipatan siku dan lutut.
  • Biduran.
  • Pembengkakan pada wajah bibir, dan mata
  • Muntah-muntah.
  • Hidung tersumbat.
  • Batuk.
  • Dehidrasi.
  • Mata gatal dan berair.
  • Diare.
  • Feses lebih cair dari biasanya. 
  • Feses berlendir.
  • BAB bayi berdarah.
  • BAB berwarna kehijauan.  

Tanda-tanda alergi bisa muncul perlahan atau tiba-tiba setelah bayi mengonsumsi makanan yang mengandung protein. 

Selain dari makanan, reaksi alergi juga bisa muncul ketika kulitnya bersentuhan dengan protein dalam hewan, tumbuhan, atau benda-benda tertentu seperti tepung dan susu.

Baca Juga: Ciri-Ciri Feses Bayi Alergi Susu

Cara Mengatasi Alergi Protein pada Bayi

Sampai saat ini belum ada pengobatan medis yang terbukti dapat mencegah atau menyembuhkan kondisi alergi seutuhnya. Sebab, alergi berkaitan dengan fungsi sistem imun.

Namun, bukan berarti Bunda tidak bisa membantu meredakan gejala yang menyebabkan si Kecil tidak nyaman. 

Langkah pertolongan pertama yang harus segera langsung dilakukan adalah menghentikan pemberian asupan makanan yang mengandung protein.

Kemudian, coba beberapa cara alami berikut untuk meredakan gejala alergi pada bayi:

  • Tempelkan kompres dingin pada area kulit yang terdapat ruam eksim atau biduran. Rendam kain lap dalam air dingin atau bungkus es batu dengan handuk untuk meredakan gejala gatal pada kulit si Kecil.
  • Balurkan gel lidah buaya atau lotion calamine (bedak dingin) yang memiliki efek dingin
  • Encerkan bubuk gandum (oatmeal) dalam bak mandi dan usap-usap kulit bayi dengan air gandum tersebut.
  • Tuang air panas dalam baskom besar dan tempatkan di kamar mandi. Duduk bersama si Kecil dalam kamar mandi yang tertutup dan biarkan ia menghirup uap hangatnya untuk melegakan hidung yang tersumbat.
  • Berikan MPASI hambar seperti dari bubur nasi atau roti tawar putih jika si Kecil diare.
  • Berikan banyak air putih dan cairan lainnya, seperti sup sayuran (tanpa kaldu daging).

Cara Mencegah Alergi Protein pada Bayi

Menghindari makanan pemicu alergi dapat membantu mencegah serangan atau mengurangi keparahan gejalanya saat kambuh. Jadi, pastikan Bunda cermat memilih makanan MPASI yang tidak memicu alergi.

Selain itu, hindari konsumsi susu sapi dan makanan olahannya selama masih menyusui. Sebab, komponen protein dari susu yang Bunda konsumsi bisa terserap masuk ke dalam ASI. 

Bayi pun dapat mengalami reaksi alergi terhadap protein jika Bunda mengonsumsi telur selama masih dalam masa menyusui.

Lalu, apakah alergi protein bisa sembuh? Sekitar 60-90% kasus alergi terhadap protein pada bayi bisa menghilang sendiri di usia 3 tahun. 

Alergi makanan bukan hambatan untuk tumbuh kembang bayi yang optimal. Jadi, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter dan ahli gizi dalam menyusun menu MPASI si Kecil agar ia selalu mendapat asupan gizi yang tepat dan seimbang.

Bunda juga bisa bertanya langsung dengan Sahabat Bunda Generasi Maju terkait cara-cara penanganan alergi dan tips menjaga kesehatan si Kecil yang memiliki alergi. 

Referensi:

  1. Food Allergies and Intolerances in Newborns and Infants. (2020). Aap.org. https://www.aap.org/en/patient-care/newborn-and-infant-nutrition/food-allergies-and-intolerances-in-newborns-and-infants/
  2. Food Protein-Induced Enterocolitis (FPIES) | Symptoms & Treatment | ACAAI Public Website. (2022, April 13). ACAAI Public Website. https://acaai.org/allergies/allergic-conditions/food/food-protein-induced-enterocolitis-syndrome-fpies/
  3. ‌Prasun Pudasainee, & Anjum, F. (2023, September 4). Protein Intolerance. Nih.gov; StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562306/#:~:text=Protein%20intolerance%20is%20a%20disorder% 20that%20results%20from%20an%20adverse,often%20associated%20with%20gastrointestinal%20symptoms.
  4. Agostino. (2023, May 11). Protein Intolerance: Background, Pathophysiology, Epidemiology. Medscape.com; Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/931548-overview?form=fpf
  5. Taylor, S. L., & Kabourek, J. (2003). FOOD INTOLERANCE | Milk Allergy. Elsevier EBooks, 2631–2634. https://doi.org/10.1016/b0-12-227055-x/00510-1

Artikel Terpopuler

Website ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapat pengalaman terbaik di dalam website kami. Pelajari lebih lanjut

call center bebeclub
foto careline