Facebook Pixel Code 5 Pemicu Alergi Umum pada Bayi yang Harus Diketahui

5 Pemicu Alergi Umum pada Bayi yang Perlu Bunda Ketahui

5 Pemicu Alergi Umum pada Bayi yang Perlu Bunda Ketahui

Seperti orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua, bayi juga bisa mengalami alergi terhadap makanan yang ia konsumsi, benda yang dipegang, sengatan hewan, dan partikel-partikel halus yang terhirup. 

Bunda perlu tahu apa saja yang dapat memicu munculnya alergi pada bayi agar dapat lebih berhati-hati saat akan memperkenalkan jenis makanan baru atau membelikan mainan untuk si Kecil. 

Simak ulasan mengenai pemicu alergi pada bayi serta gejala yang timbul pada artikel di bawah ini, yuk, Bun!

Apa Saja Pemicu Alergi pada Bayi? 

Bunda, tubuh manusia memiliki sistem kekebalan tubuh yang akan bereaksi ketika mendeteksi zat yang dianggap asing atau berbahaya memasuki tubuh. 

Pada kasus alergi, sistem kekebalan tubuh si Kecil bereaksi berlebihan sehingga salah mengira zat yang umumnya aman untuk dikonsumsi atau digunakan manusia sebagai sesuatu yang berbahaya. 

Nah, demi mempertahankan diri dari zat yang dianggap berbahaya, sistem imun tubuh si Kecil akhirnya memproduksi berbagai zat kimia, termasuk histamin. Histamin inilah yang akhirnya membuat tubuh si Kecil memunculkan gejala alergi seperti ruam kulit, mata berair, bersin-bersin, atau gejala alergi lainnya. 

Apabila reaksi sistem imun tubuh si Kecil terlalu kuat, ia bisa mengalami gejala alergi parah bernama syok anafilaksis. Kondisi ini cukup mengancam jiwa sehingga perlu segera mendapatkan penanganan medis di rumah sakit. 

Lalu, apa saja benda atau zat yang dapat menjadi pemicu alergi pada bayi? Berikut daftar lengkapnya: 

1. Makanan

Tahukah Bunda jika di seluruh dunia, ada sekitar 6 juta bayi dan anak-anak yang mengalami alergi terhadap beberapa jenis makanan? 

Makanan yang umumnya memicu munculnya gejala alergi juga merupakan makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari, Bun, seperti: 

  • Susu sapi.

  • Telur. 

  • Gandum.

  • Kacang-kacangan.

  • Kedelai. 

Kabar baiknya Bu, seiring bertambahnya usia bayi, sistem pertahanan tubuhnya juga akan semakin sempurna sehingga beberapa jenis alergi makanan bisa hilang dengan sendirinya seperti alergi terhadap telur dan susu. 

Baca juga: 8 Jenis Dampak Alergi pada Anak yang Perlu Bunda Ketahui

2. Debu dan Serbuk Sari

Inhalant merupakan zat-zat yang dapat terbawa atau menyebar melalui udara. Apabila terhirup melalui hidung atau mulut, zat-zat tersebut dapat menimbulkan reaksi alergi pada bayi. 

Berikut daftar pemicu alergi kategori inhalant yang perlu Bunda waspadai: 

  • Bulu, kulit mati, urin, dan air liur hewan peliharaan seperti kucing atau anjing. 

  • Tungau debu rumah.

  • Serbuk sari tumbuhan. 

  • Spora jamur. 

  • Feses, air liur, telur, dan bagian tubuh kecoa yang sudah mati. 

Reaksi alergi yang umumnya ditunjukkan oleh bayi yang mengalami alergi terhadap zat-zat inhalant, secara terus-menerus ia akan menunjukkan reaksi sebagai berikut: 

  • Hidung berair. 

  • Hidung tersumbat.

  • Hidung gatal. 

  • Bersin-bersin.

  • Mata gatal sehingga si Kecil terus menggosokkannya tanpa henti.  

  • Mata berair. 

3. Zat Kimia

Ada berbagai macam zat kimia yang dapat menimbulkan reaksi alergi bagi bayi yang kulitnya masih terlalu sensitif. Berikut daftar zat kimia yang umumnya dapat menimbulkan alergi bagi bayi: 

  • Parfum yang ada di dalam sabun mandi, pelembab kulit, sabun cuci baju, dan tissue. 

  • Pengawet atau zat anti bakteri yang ditambahkan ke berbagai produk kecantikan atau pembersih. 

  • Zat yang ditambahkan untuk mengentalkan, mewarnai, atau melumasi suatu produk.

  • Zat pelindung sinar matahari yang biasanya terdapat di dalam produk pelembab kulit, dan pelembab bibir.

Ketika si Kecil alergi terhadap suatu jenis zat kimia umumnya gejala alergi berikut ini akan muncul: 

  • Kulit kemerahan. 

  • Muncul bercak bersisik. 

  • Muncul rasa terbakar atau gatal yang mungkin menjadi sangat intens.

  • Terjadi pembengkakan pada mata, wajah, atau area genital.

  • Biduran.

  • Kulit menjadi sensitif terhadap sinar matahari. 

Baca juga: Bagaimana Cara Tepat Merawat Anak Alergi? Yuk, Ketahui di Sini!

4. Gigitan Serangga

Beberapa jenis serangga seperti lebah, tawon, tawon ndas, dan semut api memiliki racun yang dapat menyebabkan gatal-gatal hingga pembengkakan pada bagian tubuh yang tersengat. Walau begitu, ada yang memang memiliki alergi terhadap gigitan serangga, jadi ketika tersengat reaksi yang timbul bukan hanya sekedar gatal dan pembekakan lokal.

Apabila si Kecil alergi terhadap gigitan serangga, ia dapat mengalami syok anafilaksis yang ditandai dengan: 

  • Kesulitan bernapas.

  • Biduran. 

  • Pembengkakan wajah, mulut, dan tenggorokan. 

  • Mengi (napas dengan bunyi “ngik” melengking).

  • Kesulitan menelan.

  • Detak jantung yang cepat.

  • Sakit kepala.

  • Penurunan tekanan darah. 

Apabila si Kecil tergigit serangga kemudian menunjukkan tanda-tanda di atas, Bunda harus segera membawa si Kecil ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama. Pasalnya syok anafilaksis dapat mengancam keselamatan jiwa. 

5. Suhu Udara

Pemicu alergi selanjutnya adalah suhu udara. Alergi yang disebabkan oleh suhu udara disebut juga dengan urticaria. Jadi, si Kecil bisa mengalami alergi ketika terpapar oleh suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin. 

Gejala alergi terhadap suhu dingin (cold urticaria) lebih sering untuk muncul pada bayi dan anak berusia yang lebih muda. 

Nah, baik alergi suhu udara dingin maupun panas, keduanya ditandai dengan gejala berikut ini:

  • Biduran.

  • Mual.

  • Muntah.

  • Diare.

Hal yang perlu disyukuri, Bun, alergi terhadap suhu udara jarang sekali menyebabkan syok anafilaksis.  

Baca juga: Benarkah Anak dengan Alergi Mengalami Dampak Psikologis

Cara Mencegah Alergi pada Bayi

Gejala alergi yang timbul pada si Kecil tentu saja akan membuat ia merasa tidak nyaman bahkan mengganggu aktivitas sehari-hari dan proses tumbuh-kembang si Kecil. 

Nah, untuk mencegah munculnya gejala alergi pada anak, Bunda perlu terlebih dahulu mengidentifikasi zat-zat apa saja yang dapat menimbulkan alergi pada si Kecil. 

Jika sudah, hindari atau minimalkan kontak si Kecil dari pemicu alergi dengan cara: 

  • Hindari konsumsi makanan yang menyebabkan alergi.

  • Selalu baca komposisi makanan sebelum memberikannya pada si Kecil.

  • Hanya memberikan obat sesuai resep dokter untuk menghindari kemungkinan alergi obat. 

  • Menjaga suhu ruangan tetap stabil bagi Bunda dengan bayi alergi suhu udara.

  • Menutup jendela dan pintu untuk menghindari debu serta asap polusi masuk ke dalam rumah. Bunda juga bisa memasang air purifier yang bisa membersihkan alergen yang berada di udara.

  • Menjaga kebersihan rumah serta membersihkan mainan anak secara berkala.

  • Menghindari memelihara hewan yang dapat menyebabkan alergi pada anak, misalnya kucing atau anjing.

  • Jangan biarkan anak terpapar asap rokok.

  • Konsultasi dengan dokter untuk mempersiapkan obat apa yang tepat untuk anak apabila anak mulai menunjukkan gejala reaksi alergi.

Kami yakin sekarang Bunda sudah lebih mengerti zat apa saja yang dapat menjadi pemicu alergi pada si bayi dan gejala alergi yang umumnya muncul. 

Oleh sebab itu, Bunda perlu berhati-hati setiap kali memperkenalkan makanan baru pada bayi. Bunda perlu mencermati terlebih dahulu, apakah ada gejala alergi yang timbul setelah si Kecil mengkonsumsi makanan tertentu. 

Kalau begitu, bagaimana cara yang aman untuk memperkenalkan makanan baru bagi bayi Bunda yang baru memulai MPASI? 

Panduan Mulai MPASI untuk Cegah Alergi pada Bayi

Pertama-tama, perkenalkan si Kecil pada makanan yang pemicu alergi yang sudah disebutkan di atas tanpa dicampur dengan bahan makanan lainnya. Amati reaksi yang timbul selama beberapa menit hingga 2 jam setelah pemberian makanan. 

Lakukan percobaan ini selama 3 hari berturut-turut untuk melihat bagaimana reaksi tubuh si Kecil terhadap suatu jenis makanan tertentu.

Apabila si Kecil alergi terhadap makanan yang diberikan, reaksi yang paling umum ditunjukkan oleh bayi adalah biduran dan muntah-muntah. 

Bunda dapat mengambil foto kulit si Kecil yang mengalami ruam atau biduran untuk mengamati tingkat keparahannya dari hari ke hari. 

Kemudian, untuk sementara hentikan dulu pemberian jenis makanan yang memicu timbulnya reaksi alergi dan segera bawa si Kecil ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. 

Sebab, bisa jadi si Kecil bukan mengalami alergi namun mengalami intoleransi makanan. Seperti alergi susu yang berbeda dengan intoleransi laktosa. 

Berbeda dengan alergi susu yang muncul karena reaksi sistem imun yang berlebihan, intoleransi laktosa muncul karena sistem pencernaan si Kecil tidak mampu mencerna gula bernama laktosa yang terkandung di dalam susu. 

Apabila membutuhkan informasi lebih lanjut, Bunda dapat berkonsultasi pada Pakar Alergi untuk mengetahui apa saja penanganan yang tepat untuk gejala alergi anak. Gratis!

Referensi tambahan:

  1. ‌Allergies: Symptoms, Reaction, Treatment & Management. (2022). Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8610-allergies
  2. Histamine. (2023). Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/24854-histamine
  3. and, B. (2021, March 24). Babies and Food Allergies. Children’s Hospital Los Angeles. https://www.chla.org/blog/health-and-safety-tips/babies-and-food-allergies#:~:text=Looks%20for%20signs%20of%20a%20food%20allergy&text=Look%20for%20changes%20that%20begin,common%20reactions%20in%20older%20children
  4. Lactose intolerance - Symptoms and causes. (2022). Mayo Clinic; https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lactose-intolerance/symptoms-causes/syc-20374232
  5. NHS Choices. (2023). Food allergies in babies and young children. https://www.nhs.uk/conditions/baby/weaning-and-feeding/food-allergies-in-babies-and-young-children/
  6. Ziesenitz, V. C., Welzel, T., van Dyk, M., Saur, P., Gorenflo, M., & van den Anker, J. N. (2022). Efficacy and Safety of NSAIDs in Infants: A Comprehensive Review of the Literature of the Past 20 Years. Pediatric Drugs, 24(6), 603–655. https://doi.org/10.1007/s40272-022-00514-1
  7. Norton, A. E., Konvinse, K., Phillips, E. J., & Broyles, A. D. (2018). Antibiotic Allergy in Pediatrics. Pediatrics, 141(5). https://doi.org/10.1542/peds.2017-2497
  8. Mary Anne Dunkin. (2010, April 4). Chemical Allergies: Shampoo, Cleaners, and More. WebMD; WebMD. https://www.webmd.com/allergies/chemical-allergies
  9. Beare, N. (2021, December 3). Can you be allergic to extreme temperatures? Healthing.ca; Healthing.ca. https://www.healthing.ca/wellness/urticaria-extreme-temperature-allergy

Artikel Terpopuler

Website ini menggunakan cookies untuk memastikan Anda mendapat pengalaman terbaik di dalam website kami. Pelajari lebih lanjut

call center bebeclub
foto careline